Mewujudnyatakan Lingkungan Hijau Melalui Pembelajaran Tanpa Kertas

Pembelajaaran Bahasa Indonesia Kelas X di SMA Negeri 9 Yogyakarta
Pembelajaaran Bahasa Indonesia Kelas X di SMA Negeri 9 Yogyakarta (KalderaNews/Dok. Penelitia)
Sharing for Empowerment

Oleh: Mega Puspita Sari dan Kiki Sofia Rista, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta

YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Krisis lingkungan global yang semakin serius mendorong banyak pihak untuk mencari solusi keberlanjutan. Pendidikan lingkungan hidup memainkan peran kunci dalam membangun kesadaran generasi muda terhadap pentingnya pelestarian lingkungan.

Rustaman (2010) menekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup tidak hanya mengajarkan konsep teoretis tetapi juga melibatkan siswa dalam tindakan nyata, seperti pengelolaan limbah dan efisiensi sumber daya.

Hal ini sejalan dengan pandangan Fadilah (2017), yang menekankan pentingnya pendidikan berbasis lingkungan sebagai upaya meningkatkan kepedulian ekologis generasi muda.

BACA JUGA:

Salah satu inisiatif penting di Indonesia adalah program Adiwiyata yang bertujuan untuk menciptakan sekolah ramah lingkungan. Program ini dirancang oleh pemerintah untuk mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan, terutama di sektor pendidikan.

Transformasi sekolah melalui program Adiwiyata merupakan salah satu strategi penting dalam mendukung keberlanjutan lingkungan hidup di sektor pendidikan. Iskandar (2020) menjelaskan bahwa program Adiwiyata bertujuan untuk membentuk sekolah sebagai komunitas belajar yang peduli terhadap pelestarian lingkungan.

Dalam program ini, penerapan nilai-nilai keberlanjutan terintegrasi ke dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pengelolaan sekolah, sebagaimana dijabarkan dalam Pedoman Sekolah Adiwiyata oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2020).

Sekolah memiliki peran vital dalam membangun kesadaran lingkungan generasi muda. Melalui program Adiwiyata, siswa tidak hanya diajarkan pengetahuan akademik tetapi juga nilai-nilai keberlanjutan, seperti pengurangan limbah, efisiensi sumber daya, dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Salah satu contoh implementasi sukses dari program Adiwiyata ini dapat ditemukan di SMA Negeri 9 Yogyakarta.

Sebagai sekolah Adiwiyata, SMA Negeri 9 Yogyakarta telah melaksanakan berbagai inovasi, salah satunya adalah pengurangan penggunaan kertas dalam proses pembelajaran. Pengurangan ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi digital, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas X.

Artikel ini akan membahas bagaimana strategi ini diterapkan, dampak yang dihasilkan, serta tantangan yang dihadapi dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang ramah lingkungan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk memberikan gambaran yang mendalam mengenai implementasi program Adiwiyata di SMA Negeri 9 Yogyakarta, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X. Data dikumpulkan melalui beberapa tahapan berikut:

  1. Observasi langsung: Dilakukan di kelas X1-X7, SMA Negeri 9 Yogyakarta. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengamati secara langsung pelaksanaan program Adiwiyata dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia.
  2. Wawancara: Dilakukan dengan Ibu Betty Komala Sari, M.Pd., selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X. Wawancara ini dilakukan untuk memahami strategi pembelajaran berbasis digital yang diterapkan dalam pembelajaran.
  3. Dokumentasi: Analisis terhadap dokumen terkait, seperti laporan kegiatan sekolah dan hasil evaluasi program Adiwiyata.

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk mengidentifikasi dampak pengurangan kertas, efektivitas penggunaan teknologi dalam pembelajaran, dan perubahan perilaku peserta didik terhadap lingkungan.

Hasil dan Pembahasan

1). Implementasi Program Adiwiyata di SMA Negeri 9 Yogyakarta

Sebagai salah satu sekolah yang meraih predikat Adiwiyata, SMA Negeri 9 Yogyakarta menunjukkan komitmen tinggi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Sekolah ini menerapkan berbagai langkah proaktif untuk mengurangi dampak lingkungan, seperti pengelolaan sampah terpisah, penanaman pohon, dan pengurangan penggunaan plastik.

Purwanto (2019) menjelaskan bahwa sekolah memegang peran strategis dalam pembentukan karakter siswa, termasuk dalam aspek keberlanjutan lingkungan. Penanaman nilai-nilai ramah lingkungan melalui program seperti Adiwiyata dapat membantu menginternalisasi kesadaran lingkungan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Upaya pengurangan limbah kertas menjadi salah satu langkah signifikan dalam mendukung program Adiwiyata. Program ini diwujudkan melalui berbagai inovasi, termasuk digitalisasi pembelajaran. Mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X menjadi salah satu model implementasi program ini. Guru pengampu, Betty Komala Sari, M.Pd., berupaya menggantikan sebagian besar penggunaan kertas dengan media digital untuk mendukung pembelajaran berkelanjutan.

2).  Digitalisasi dalam Pembelajaran

Implementasi teknologi digital dalam proses pembelajaran memberikan kontribusi signifikan terhadap pengurangan dampak lingkungan, seperti mengurangi penggunaan kertas. Hidayat (2018) menyatakan bahwa digitalisasi pembelajaran mendukung efisiensi sumber daya, terutama dalam era Revolusi Industri 4.0.

Wahyuni (2016) juga mengemukakan bahwa teknologi dapat menjadi alat efektif untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif.

Digitalisasi telah menjadi solusi utama dalam mengurangi limbah kertas di SMA Negeri 9 Yogyakarta. Berbagai platform teknologi digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, khususnya dalam pembalajaran Bahasa Indonesia kelas X, di antaranya seperti Mentimenter dan Kahoot, Google Classroom, Canva, Padlet, dan Quizizz.

Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan semakin beragam, salah satunya dengan menggunakan berbagai platform digital untuk menunjang pembelajaran. Mentimenter dan

Kahoot, misalnya, merupakan aplikasi kuis interaktif yang mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan fitur-fitur yang menarik, kedua platform ini mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Selain itu, Google Classroom menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk mendukung pembelajaran berbasis digital, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas X yang diampu oleh Betty Komala Sari, M.Pd. Platform ini digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran tersebut untuk mengunggah materi pembelajaran, mengumpulkan tugas siswa, serta guru dapat memberikan umpan balik secara langsung.

Dengan begitu, kelebihan platform ini memudahkan interaksi antara guru dan siswa tanpa harus bertatap muka.

Tidak kalah menarik, aplikasi Canva dan Padlet juga memungkinkan siswa untuk menyajikan tugas-tugas mereka dengan cara yang kreatif dan inovatif. Melalui platform ini, siswa dapat membuat presentasi, infografis, poster, dan produk lain yang menarik secara visual tanpa harus mencetak dokumen, mendukung konsep pembelajaran yang lebih ramah lingkungan.

Selanjutnya platform Quizizz menghadirkan pengalaman evaluasi pembelajaran berbasis digital yang interaktif dan efisien. Dengan fitur-fitur menarik yang dimiliki, Quizizz mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk mengikuti penilaian dengan semangat dan antusiasme tinggi. Gabungan penggunaan alat alat ini memberikan solusi pembelajaran yang lebih modern, efektif, dan menarik.

Melalui penggunaan teknologi ini, guru dapat mengurangi penggunaan kertas secara signifikan. Sebagai contoh, tugas yang sebelumnya harus ditulis di atas kertas kini dapat dikumpulkan secara digital. Bahkan, materi pembelajaran yang biasanya dicetak sekarang disusun menggunakan media Powerpoint maupun Canva.

Kemudian, guru mengunggah materi tersebut pada Google Classroom sehingga siswa dapat mengakses materi pembelajaran dengan mudah hanya dengan menggunakan handphone atau laptop.

3).  Dampak Positif Implementasi

Program ini telah membawa dampak positif yang signifikan, baik terhadap lingkungan maupun perilaku peserta didik. Salah satu dampak yang paling nyata adalah pengurangan limbah kertas. Dengan mengurangi penggunaan kertas dalam kegiatan pembelajaran, SMA

Negeri 9 Yogyakarta turut berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Sebagai sekolah Adiwiyata, pencapaian ini menjadi indikator keberhasilan program, sekaligus memperkuat komitmen sekolah terhadap prinsip ramah lingkungan.

Selain itu, program ini juga meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan siswa. Mereka mulai menunjukkan perubahan perilaku positif, seperti membawa botol minum dan bekal makanan, serta mengurangi penggunaan plastik sekali pakai selama berada di sekolah. Kebiasaan-kebiasaan ini mencerminkan tumbuhnya rasa tanggung jawab siswa terhadap keberlanjutan lingkungan sekolah.

Dampak positif lainnya terlihat dalam proses pembelajaran. Penggunaan teknologi telah membuat pembelajaran menjadi lebih interaktif dan menarik. Media digital yang digunakan guru terasa relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga memotivasi mereka untuk lebih aktif dan antusias dalam belajar.

Tidak hanya itu, efisiensi waktu juga meningkat secara signifikan. Guru dapat memberikan umpan balik kepada siswa dengan lebih cepat melalui media digital, menjadikan proses evaluasi pembelajaran lebih terstruktur dan efektif. Dengan demikian, program Adiwiyata ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

4).  Tantangan dalam Implementasi

Meskipun membawa banyak manfaat, implementasi program ini menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi agar pelaksanaannya lebih optimal. Puspita (2020) mencatat bahwa pemanfaatan teknologi digital di sekolah sering kali menghadapi tantangan seperti keterbatasan infrastruktur dan literasi digital guru serta siswa.

Salah satu tantangan utama adalah ketergantungan pada teknologi. Pemadaman listrik atau gangguan jaringan internet sering kali menghambat proses pembelajaran berbasis digital, sehingga mengurangi efektivitas program ini.

Selain itu, kontrol terhadap penggunaan perangkat juga menjadi tantangan tersendiri. Guru menghadapi kesulitan memastikan siswa menggunakan perangkat mereka untuk keperluan belajar, terutama ketika tidak ada pengawasan langsung. Kondisi ini dapat mengakibatkan siswa terdistraksi oleh aplikasi lain yang tidak relevan dengan pembelajaran.

Masalah teknis juga kerap menjadi hambatan, seperti error pada perangkat atau aplikasi yang mengganggu kelancaran pembelajaran. Hal ini memerlukan penanganan segera agar kegiatan belajar tidak terhenti.

Tantangan lainnya adalah kesenjangan akses teknologi. Tidak semua siswa memiliki perangkat yang memadai untuk mengakses platform digital, menciptakan ketidaksetaraan dalam partisipasi pembelajaran.

Untuk mengatasi berbagai tantangan ini, guru perlu mempersiapkan media pembelajaran konvensional sebagai cadangan. Selain itu, permainan edukatif atau diskusi kelompok dapat menjadi alternatif yang efektif ketika teknologi tidak dapat digunakan. Pendekatan ini memungkinkan program tetap berjalan secara fleksibel dan inklusif, sekaligus mengurangi dampak dari kendala teknologi.

Kesimpulan

Penerapan program Adiwiyata di SMA Negeri 9 Yogyakarta, khususnya dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X telah menunjukkan keberhasilan nyata dalam menciptakan lingkungan belajar yang ramah lingkungan.

Melalui digitalisasi pembelajaran, sekolah ini berhasil mengurangi penggunaan kertas secara signifikan, mendukung penghematan sumber daya, dan membangun kesadaran lingkungan di kalangan peserta didik.

Keberhasilan ini mencerminkan potensi besar dari integrasi teknologi dalam pembelajaran untuk mendukung tujuan keberlanjutan. Diharapkan, sekolah lain dapat menjadikan SMA Negeri 9 Yogyakarta sebagai model dalam mengimplementasikan program serupa, sehingga lebih banyak institusi pendidikan yang dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Dengan langkah-langkah inovatif dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, masa depan pendidikan Indonesia dapat menjadi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2015). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Fadilah, A. (2017). Pendidikan Lingkungan untuk Generasi Muda. Jurnal Pendidikan dan Lingkungan, 3(1), 45–56.

Hidayat, R. (2018). Implementasi Digitalisasi Pembelajaran di Era 4.0. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi, 7(2), 34–45.

Iskandar, Z. (2020). Transformasi Sekolah Adiwiyata di Indonesia. Jurnal Inovasi Pendidikan Lingkungan Hidup, 2(4), 12–18.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Pedoman Sekolah Adiwiyata. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Purwanto, M.N. (2019). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Puspita, L. (2020). Kendala dan Solusi Penggunaan Teknologi Digital di Sekolah. Jurnal Edukasi Digital, 1(1), 78–85.

Rustaman, N. (2010). Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah. Jakarta: Gramedia. Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tilaar, H.A.R. (2012). Manajemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

UNESCO. (2020). Education for Sustainable Development Goals. Paris: UNESCO Publishing.

Wahyuni, S. (2016). Teknologi dalam Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Indonesia, 4(2), 123–134.

Wijayanti, S. (2021). Peran Teknologi dalam Meningkatkan Pembelajaran Berbasis Keberlanjutan. Jurnal Teknologi dan Pendidikan Berkelanjutan, 5(3), 89–102.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*