MUENSTER, KalderaNews.com – Di tengah ketatnya persaingan akademis global, sebuah nama muncul dan mencatatkan sejarah di Jerman: Friedrich Wendt
Dijuluki sebagai “Einstein Kecil,” bocah keturunan Indonesia-Jerman ini telah mendobrak batas usia dengan menjadi mahasiswa termuda di salah satu universitas bergengsi, Universitas Münster, pada usia yang baru menginjak 10 tahun.
BACA JUGA:
- Edward Humianto: “Einstein Junior” dari SMPK 6 PENABUR yang Rendah Hati
- 10 AI Pemecah Soal Matematika yang Bisa Diakses Gratis, Bisa Beri Jawaban dan Penjelasan Lengkap!
- 16 Fakta Unik tentang Matematika Ini Bikin Kamu Senyum-senyum Dikulum
Kisahnya bukan hanya tentang kejeniusan langka, tetapi juga simbol potensi besar anak bangsa di kancah internasional.
Bakat Matematika yang Terlihat Sejak Dini
Keistimewaan Friedrich bukanlah muncul secara tiba-tiba. Ketertarikannya yang luar biasa terhadap matematika telah terlihat sejak ia masih sangat kecil.
Pada usia 3,5 tahun, ia sudah menguasai materi pelajaran kelas 3 SD. Kemampuannya yang melampaui teman sebayanya didukung oleh hasil tes IQ yang mengejutkan, yakni di atas 180, sebuah angka langka yang hanya dimiliki oleh segelintir orang di dunia.
Kecintaannya pada angka bukan hanya sekadar menghitung. Friedrich mampu menyelesaikan tiga tahun jenjang sekolah menengah (SMA) dalam waktu kurang dari satu tahun, sebuah pencapaian yang membuat para pendidik di Jerman terkejut dan kagum.
Ia bahkan kerap mempelajari materi matematika setingkat universitas sejak masih kanak-kanak.
Mahasiswa Termuda Universitas Münster
Pada tahun 2023, di usia 10 tahun, Friedrich resmi diterima sebagai mahasiswa reguler Fakultas Matematika Universitas Münster.
Pihak universitas tidak sembarangan mengambil keputusan ini.

Melalui pernyataan resminya, mereka memastikan bahwa Friedrich telah memenuhi semua kriteria, baik dari segi kemampuan intelektual maupun kesiapan emosional, untuk mengikuti perkuliahan reguler.
Kini, pada usianya yang ke-12 tahun, Friedrich sudah memasuki semester keempat dan mendalami mata kuliah yang kompleks seperti Group Theory, Linear Algebra, dan Topology.
Ia bahkan sering kali melampaui kemampuan mahasiswa lain yang usianya dua kali lipat lebih tua darinya.
Jejak Indonesia dalam Kisah Kejeniusan
Di balik sorotan akademisnya, Friedrich membawa darah Indonesia. Ibunya, Sylvia, adalah wanita Indonesia yang lahir di Tangerang, Banten.
Ikatan darah ini menjadikan prestasi Friedrich sebagai kebanggaan ganda: tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi komunitas Warga Negara Indonesia (WNI) di Jerman dan seluruh Indonesia.
Kisah Friedrich menjadi bukti nyata bahwa bibit unggul dapat tumbuh subur, menunjukkan potensi tak terbatas anak-anak dengan “akar” Indonesia di panggung dunia.
Dukungan Keluarga sebagai Kunci
Kejeniusan Friedrich tidak lantas membuat perkembangannya sebagai anak terabaikan. Keluarganya memainkan peran penting dalam memastikan Friedrich mendapatkan lingkungan yang tenang dan harmonis.
Sang ibu mengungkapkan bahwa yang paling dibutuhkan Friedrich adalah situasi di rumah yang menyenangkan, karena dalam kondisi tersebut, kemampuan kognitifnya bekerja secara optimal.
Friedrich juga memiliki seorang adik yang tak kalah cerdas, Richard Wendt, yang memiliki IQ 155 dan telah diakui sebagai anggota Mensa. Richard, yang digambarkan sebagai “problem solver alami,” juga membuktikan bahwa keluarga Wendt adalah sarang bagi bakat luar biasa.
Inspirasi Melampaui Batas Usia
Sosok Friedrich Wendt adalah simbol harapan baru. Keberadaannya di tengah mahasiswa yang jauh lebih tua menginspirasi banyak orang, khususnya generasi muda. Ia mengajarkan bahwa usia bukanlah penghalang untuk mencapai prestasi tertinggi.
Prestasi Friedrich bukan hanya memecahkan rekor sebagai mahasiswa termuda, tetapi juga memperkaya atmosfer akademik di Münster, mendorong mahasiswa lain untuk berani melangkah di luar batas standar umum pendidikan tinggi.
Friedrich Wendt, si “Einstein Kecil” berdarah Indonesia, terus melukiskan kisah inspiratif tentang talenta, dedikasi, dan pentingnya dukungan keluarga dalam mengembangkan potensi anak-anak luar biasa.
Ia adalah pengingat bahwa masa depan akademik dunia mungkin berada di tangan generasi yang lebih muda dari yang kita bayangkan.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.


Leave a Reply