Unindra Jakarta dan SIA Gelar Workshop dan Pentas Wayang Kulit di Korea

Pementasan wayang kulit di Auditorium Seoul Institute of the Arts (SIA), Kamis, 4 April 2019
Pementasan wayang kulit di Auditorium Seoul Institute of the Arts (SIA), Kamis, 4 April 2019 (KalderaNews/KBRI Seoul)
Sharing for Empowerment

SEOUL, KalderaNews.com – Universitas Indaprasta PGRI (Unindra) Jakarta dan Seoul Institute of the Arts dengan dukungan penuh oleh KBRI Seoul bekerjasama menggelar workshop dan pementasan wayang kulit di Auditorium Seoul Institute of the Arts (SIA) pada Kamis, 4 April 2019 lalu.

“Kami sangat senang dengan adanya workshop dan pentas wayang kulit di kampus kami. Kami sendiri telah mempelajari mengenai gamelan, sejarah wayang kulit dan mengadakan riset mengenai hal tersebut oleh beberapa dosen kami sejak tiga tahun lalu,” tutur Prof. Kim Jiyon selaku Dekan Hubungan Eksternal SIA.

Sementara itu Rektor SIA, Prof. Duk Hyung-Yooe mengaku sangat senang dengan pementasan ini, terlebih atas dukungan KBRI Seoul selama ini.

BACA JUGA:

“Selama 57 tahun, kampus kami berusaha mengeksplorasi seni dengan tujuan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para mahasiswa untuk mempelajari aliran seni dari dalam dan luar Korea, “ tuturnya.

Rektor Unindra Prof. Sumaryoto yang juga ikut tampil sebagai salah satu pemain gamelan dalam pementasan tersebut menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi universitas yang ia pimpin di samping pendidikan, penelitian dan pengembangan.

Lebih lanjut ia berharap dapat terjalin kerja sama yang lebih erat.

“Ke depannya saya berharap dapat terjalin kerja sama yang efektif dengan Seoul Institute of the Arts dalam bidang akademi dan penelitian,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Kepala Perwakilan RI-Seoul, Siti Sofia Sudarma yang juga mengawal pementasan ini mengharapkan hal yang sama.

“Selama ini KBRI dan SIA telah menjalin kerja sama sangat erat. KBRI mengirimkan pengajar gamelan di institut ini selama dua semester terakhir. SIA juga telah menjalin kerja sama dengan ITB dalam hal Culture Hub,” jelasnya.

“Kini saya mendorong Unindra untuk juga dapat menjalin kerja sama kemitraan dengan SIA yang merupakan salah satu Institut seni paling bergengsi di Korea Selatan ini,” imbuh Sofia.

Pementasan wayang kulit menghadirkan maestro dalang Ki Anom Suroto. Ratusan penonton memadati auditorium berkapasitas 300 orang tersebut. Mereka bahkan rela duduk di bibir dan sisi belakang panggung.

Pertunjukan ini juga menggandeng dalang cilik Pramariza Fadlansyah yang telah juga memiliki pengalaman internasional tampil di berbagai negara seperti di India dan Rusia.

Ki Anom Suroto sendiri berlajar seni pewayangan dari ayahnya Ki Sadiyun Harjadarsana. Di tengah kesibukannya, Anom Suroto juga menciptakan beberapa lagu Jawa seperti Mas Sopir, Berseri, Satria Bhayangkara, dan lain sebagainya.

Selain itu, sebagai dalang yang tampil rata-rata sepuluh kali dalam sebulan, ia juga menciptakan berbagai lakon sendiri, termasuk Semar Membangun Kahyangan, Anoman Maneges, Wahyu Tejamaya, Wahyu Kembar, dan lain sebagainya. (JS)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*