Artificial Intelligence (AI) Gantikan Peran Guru Jika…

Artificial Intelligence (AI)
Artificial Intelligence (AI) (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk pendidikan seharusnya membantu dalam pengembangan kualitas dan akses pendidikan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Kemendikbud, Totok Suprayitno menegaskan artificial intelligence (AI) dalam sistem pendidikan diharapkan akan memperbaiki kualitas dan akses pendidikan dalam banyak hal seperti mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif dan personal.

“Kecerdasan buatan mengubah hidup kita. Kecerdasan buatan yang ditanamkan dalam ponsel Anda seringkali lebih mengenal diri Anda dibanding Anda sendiri karena dia mempelajari Anda melalui analisis data. Kecerdasan buatan membuat hidup lebih mudah, misalnya ketika Anda lapar, tinggal buka ponsel dan memesan makanan melalui aplikasi,” tegasnya saat membuka konferensi internasional tentang Pemanfaatan Kecerdasan Buatan Dalam Kebijakan dan Praktik Pendidikan untuk Asia Tenggara yang berlangsung di Jakarta 18-19 September 2019.

BACA JUGA:

Yang menjadi pertanyaan saat ini apakah kecerdasan buatan akan menggatikan pekerjaan pekerjaan sehari-hari termasuk profesi guru?

Ia pun menegaskan guru harus mengubah cara mengajar. Apabila dalam mengajar hanya apa adanya seperti apa yang tertulis di buku ajar saja maka akan mudah digantikan oleh teknologi.

“Namun jika guru mendengarkan nasihat Ki Hajar Dewantara bahwa hakikat pendidikan adalah mengembangkan karakter, pikiran, dan jasmani siswa maka guru tersebut tidak akan tergantikan oleh kecerdasan buatan,” jelas Totok.

“Kecerdasan buatan mungkin bisa memberikan ilmu pengetahuan pada siswa, tetapi mengembangkan karakter tidak bisa dilakukannya. Itu adalah pekerjaan guru. Bagaimana menginspirasi, memotivasi, membuat siswa menjadi pelajar yang baik,” tandasnya.

Direktur SEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC), Alpha Amirrachman menegaskan pendidikan dengan kecerdasan buatan merupakan salah satu solusi alternatif untuk menciptakan kesetaraan akses pendidikan di Asia Tenggara.

“Untuk mempersiapkan perubahan, negara-negara Asia Tenggara perlu mengembangkan sistem pendidikan yang berwawasan ke depan, berorientasi masa depan dan strategis,” kata Alpha.

Sementara itu, Deputi II Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Sosial, Ekologi dan Budaya Strategis, Kantor Staf Presiden (KSP), Yanuar Nugroho menegaskan perkembangan teknologi tidak bisa kita halangi. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau teknologi berkembang terus.

“Yang ingin saya sampaikan di sini yaitu pertama mari kita jangan takut pada perkembangan teknologi, misalnya takut lahan pekerjaan hilang. Ini bukan soal mau atau tidak mau, karena teknologi AI pasti datang. Pertanyaannya adalah kita punya strategi seperti apa? Bagaimana kita memastikan negara hadir dalam kondisi serbuan teknologi ini dan kita mendidik masa depan kita,” kata Yanuar. (ML)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*