JAKARTA, KalderaNews.com — Ruskin Bond, penulis cerita anak-anak yang sangat terkenal, berkisah bahwa ia pernah ditertawakan ibunya ketika dulu saat lulus SMA berkata ingin menjadi penulis.
Waktu itu, di awal 1951, ia sedang bersama sang ibunda menanti pengumuman nilai pelajaran sekolah. Ruskin Bond yakin nilainya dalam Sastra Inggris, Sejarah dan Geografi cukup baik, namun tak terlalu pintar untuk Matematika dan Fisika.
Namun hobinya menulis cerita dan keinginannya menjadi penulis tampaknya tak cukup mendapat dukungan siapa pun.
Ayahnya ingin agar dia melanjutkan kuliah. Ibunya ingin dia menjadi tentara. Sedangkan kepala sekolah mengharapkan ia menjadi guru.
Ini menjadi pilihan sulit bagi Ruskin Bond, yang kini berusia 86 tahun, dan telah menulis lebih dari 40 buku cerita anak-anak, lebih dari 500 cerita pendek, esai dan novel.
“Menjadi Guru adalah di urutan terakhir dalam benak saya. Saya merasa sudah cukup lelah dengan peraturan sekolah dan pekerjaan rumah. Dan saya tidak ingin mengalaminya lagi. Sedangkan jadi tentara? Malahan akan lebih banyak aturan, sepatu bot berat, baris-berbaris setiap pagi….. ”kisah dia, dikutip dari situs berita India, The Hindu (thehindu.com).
Maka akhirnya dia memberi tahu ibunya bahwa dia ingin menjadi penulis.
Ibunya tertawa mendengarkan cita-citanya tersebut. “Yah, tulisan tangan kamu memang bagus. Kamu nanti bisa menjadi juru tulis di kantor pengacara,” demikian ibunya berkata meledek.
Merasa ia tidak mendapat dukungan, Bond akhirnya tak pernah lagi bercerita tentang cita-citanya. Meskipun demikian, Ruskin Bond tampaknya tak undur dari tekadnya.
BACA JUGA:
- Pemprov DKI Jakarta Berencana Bantu Uang Pangkal Siswa di Sekolah Swasta
- Penerima Beasiswa S2 Erasmus Plus Skema EMJMD 2020 Meroket Hingga 100%
- Indonesia Akan Pulangkan Mahasiswa Asing di Indonesia yang Terdampak Covid-19 ke Negara Asalnya
- 94 Penerima Beasiswa Erasmus Plus 2020 Dilepas Secara Virtual Karena Covid-19
- Selamat, 10 Mahasiswi STARKI Jakarta Raih Beasiswa BRI
- Prestasi Si Buah Hati yang Ikut PAUD Lebih Baik
- Kuliah S1 ke Jerman Tetap Mudah, Meski Kamu Lulus SMA/SMK Tanpa UN
- Inilah Arti Logo HUT Kemerdekaan RI ke-75, Simak Yuk!
Walau ia tidak mampu membeli buku, ia beruntung karena di sekolahnya ada perpustakaan. Ia dapat meminjam buku sebanyak mungkin dengan 2 rupee. Dengan demikian ia dapat membaca beberapa karya penulis fiksi populer – P.G. Wodehouse, Agatha Christie, Dornford Yates, W. Somerset Maugham, James Hilton, dan lainnya.
“Kadang-kadang, ayah tiri saya juga memberi satu atau dua rupee, tetapi saya ingin menambah penghasilan saya sendiri, dan satu-satunya cara saya bisa melakukan ini adalah dengan menggunakan bakat sastra saya,” kenang penulis berkebangsaan India namun berdarah Inggris ini.
Lalu dia mulai menggunakan mesin tik tua ayah tirinya dan mengirim cerita dan naskah drama ke majalah dan surat kabar di India.
“Kemudian, akhirnya, sebuah majalah kecil di Madras bernama ‘My Magazine of India,’ menerima salah satu tulisan saya dan membayar saya dengan uang lima rupee! Setelah itu, saya membombardir majalah itu dengan tulisan-tulisan saya, dan, yang membuat saya senang, wesel lima rupee terus masuk, “kata Ruskin Bond dalam buku terbarunya, “A Song of India: The year I Went Away.”
“A Song of India” adalah buku keempat dalam seri memoar Ruskin Bond dan diterbitkan oleh Puffin. Kisah dalam buku ini dimulai dari tahun 1951, yang merupakan awal perjalanan penulisan Ruskin Bond.
Ruskin Bond dalam buku ini membawa pembaca kembali ke hari-hari terakhirnya di Dehradun, kota tempat dia dibesarkan di India, sebelum ia berlayar ke Inggris, tahun yang menjadi dasar penulisan novel pertamanya, “The Room on the Roof“.
Ruskin Bond lahir di Kasauli, Punjab. Orang tuanya berdarah Inggris, yaitu Edith Clarke and Aubrey Alexander Bond.
Ayahnya bekerja sebagai Guru Bahasa Inggris untuk para putri bangsawan di istana Jamnagar, dan Ruskin bersama saudara perempuannya, Ellen, tinggal di sana ketika berusia enam tahun.
Di kemudian hari, ayah Ruskin bergabung dengan Angkatan Udara Inggris pada tahun 1939 dan Ruskin bersama ibu dan adiknya pulang ke Dehradun, rumah ibunya.
Selanjutnya ia dikirim ke sekolah berasrama Mussourie. Ketika umur delapan tahun, ibunya bercerai dengan ayahnya. Sang ibu kemudian menikah dengan seorang pria Punjabi Hindu, Hari.
Ayah kandung Ruskin kemudian menjemputnya dan dibawa ke New Delhi, tempat sang ayah bertugas. Ruskin sangat dekat dengan sang ayah dan menggambarkan masa-masa bersama sang ayah adalah masa terbaik dalam hidupnya.
Ketika dia berusia 10 tahun, ayah kandungnya meninggal karena malaria di Kalkuta, tempat sang ayah bertugas. Ruskin saat itu berada di asrama sekolahnya di Shimla dan mendapat kabar duka dari gurunya. Dia sangat sedih.
Selanjutnya dia dibesarkan oleh ibu dan ayah tirinya di Dehradun.
Buku memoarnya kali ini menandai tahun ke-70 Ruskin Bond menulis.
“Dalam tujuh dekade ini, saya telah menulis ratusan cerita untuk anak-anak dan juga banyak untuk orang dewasa, dan saya masih terus melakukannya. Saya sangat beruntung telah tinggal di bagian yang indah di negara ini, di pegunungan, ”kata Ruskin Bond.
“Saya diberkati telah menerima inspirasi dari dunia alamiah di sekitar saya, dari anak-anak dan hewan, dan semua ini tercermin dalam karya saya,” katanya.
Lahir di Kasauli (Himachal Pradesh) pada tahun 1934, Ruskin Bond tumbuh di Jamnagar (Gujarat), Dehradun, New Delhi, dan Shimla. Dia sekarang tinggal di Landour Mussoorie bersama keluarga besarnya.
Novel pertamanya, “The Room on the Roof“, ditulis ketika ia berusia 17, menerima Hadiah Memorial John Llewellyn Rhys pada tahun 1957. Sejak itu ia telah menulis lebih dari 500 cerita pendek, esai, dan novel (termasuk “Vagrants in the Valley” dan “A Flight of Pigeons“) dan lebih dari 40 buku untuk anak-anak.
Dia menerima Sahitya Akademi Award untuk karya sastra Inggris di India pada tahun 1993, Padma Shri pada tahun 1999, dan Lifetime Achievement Award dari Pemerintah India pada tahun 2012.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply