Epitome: Tangis Suster China di Tengah Wabah Corona

Eben E. Siadari adalah alumni Advanced Course for Practical Journalism, Thomson Foundation, Cardiff Wales, bekerja sebagai penulis dan trainer kepenulisan, buku karyanya antara lain Esensi Praktik Menulis (2019), tinggal di Jakarta.
Eben E. Siadari adalah alumni Advanced Course for Practical Journalism, Thomson Foundation, Cardiff Wales, bekerja sebagai penulis dan trainer kepenulisan, buku karyanya antara lain Esensi Praktik Menulis (2019), tinggal di Jakarta (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

Oleh: Eben E. Siadari *

JAKARTA, KalderaNews.com – Epitome berasal dari Bahasa Yunani epitemnein, yang artinya memotong jadi pendek. Bisa juga berarti ringkasan dari sebuah dokumen atau naskah yang lebih lengkap. Atau beberapa bab dari dari sebuah buku yang disalin secara terpisah dan dipandang dapat mewakili sebuah karya yang lebih besar. Juga bisa bermakna miniatur dari suatu karya aslinya.

Dalam  foto jurnalistik, epitome dipakai untuk merujuk pada foto yang menampilkan miniatur dari sebuah kenyataan yang lebih besar atau masif.  Sebagai contoh, untuk menunjukkan betapa bekerja kerasnya ratusan atau ribuan dokter di Jakarta dalam menangani pasien virus Covid-19, tak harus menampilkan foto ratusan atau ribuan dokter dalam satu frame. Selain tidak menarik (karena ekspresi masing-masing dokter itu tidak akan terlihat) juga akan sulit mengorganisasikan ratusan atau ribuan orang dalam satu kali jepret.

Untuk itu, tampilkan lah epitome. Misalnya, carilah salah seorang dokter yang terlihat kelelahan di bangsal rumah sakit yang dipenuhi oleh pasien. Potretlah dan  ia dapat menjadi epitome dari kerja keras dokter melawan wabah Corona. Atau seperti baru-baru ini, foto dokter Handoko Gunawan, yang viral di media sosial. Dokter berusia 80 tahun itu tampak berdiri di sebuah ruangan, lengkap dengan masker dan penutup kepala, ‘siap perang’ melawan Corona.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*