JAKARTA, KalderaNews.com – Prof. Didik Junaidi Rachbini resmi dilantik sebagai Rektor Universitas Paramadina periode 2021-2025 di Universitas Paramadina Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan pada Kamis, 20 Mei 2021 pekan ini.
Saat konferensi pers ia lantas mengutarakan 3 prioritas yang akan digenjot setelah dilantik menjadi Rektor Universitas Paramadina. Apa saja ketiga prioritas tersebut?
Pertama, Akreditasi A. Ia akan menanggapi aspirasi dari Yayasan Wakaf Paramadina mengenai masalah dasar yang harus diselesaikan, seperti paling tidaknya 50 persen seluruh fakultas dan jurusan harus terakreditasi A. Katanya, itu akan menentukan dosen, mahasiswa kurikulum dan sebagainya.
BACA JUGA:
- Inilah Profil Lengkap Rektor Universitas Paramadina Prof. Didik J. Rachbini, M.Sc., Ph.D
- Harapan Baru untuk Rektor Baru Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini
- Ekonom dan Politisi, Prof. Didik J. Rachbini Terpilih Sebagai Rektor Universitas Paramadina
“Ada 3 hal yang saya sampaikan pada pidato pelantikan tadi, yang pertama saya menanggapi keinginan, aspirasi, kehendak, kemauan yayasan agar masalah-masalah dasar diselesaikan. Akreditasi itu paling tidak 50 persen harus A, sekarang sudah ada dua. Itu harus kita kejar, karena menentukan dosen, mahasiswa, kurikulum, alumni dan seterusnya,” tandas Didik.
Kedua, Tata Kelola Keuangan. Ia menyampaikan tata kelola keuangan di Paramadina harus baik. Menurutnya masih ada catatan yang perlu diperbaiki pada sistem pengelolaan keuangan di Universitas Paramadina.
“Tata kelola keuangan, manajemen harus baik, karena diauditnya masih ada catatan, itu harus baik. Saya minta nanti teman-teman di pasca manajemen harus mempraktikkan ilmunya bahwa manajemen tata kelola harus baik.”
Ketiga, Pengembangan Kampus. Ia akan mengembangkan tanah yang dimiliki oleh Yayasan Paramadina di daerah Jakarta Timur dan Cikarang, Jawa Barat.
“Kita punya tanah yang luas di Jakarta Timur nanti akan kita kembangkan dan kita punya juga tanah di Cikarang akan kita kembangkan,” katanya.
Selain itu, Prof. Didik juga menjelaskan bahwa Paramadina bukan hanya sekedar organisasi atau tempat belajar mengajar, akan tetapi merupakan sebuah gerakan masyarakat sipil untuk memajukan ke-Indonesiaan dan ke-Islaman.
Menurutnya, itu adalah cita-cita sekelompok orang seperti Nurcholish Madjid, Utomo Dananjaya, Dawam Rahardjo, Komarudin Hidayat, Nasaruddin Umar dan Azyumardi Azra yang ingin menyatukan antara arus Islam modern dan tradisional serta global yang modern hingga terbentuknya sebuah gerakan masyarakat civil society dan masyarakat madani.
“Tidak boleh dipecah antara arus Islam modern dan tradisional serta global yang modern, itu bisa menyatu dan bergerak, itu yang disebut neo modernisme,” tandas Didik.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!


Leave a Reply