JAKARTA, KalderaNews.com – Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik Indonesia (APTIK) bahas fenomena kerapuhan mental di kalangan mahasiswa.
Demikian kata Ketua APTIK, Prof. B.S Kusbiantoro dalam Kongres APTIK ke-41 di Jakarta, 21-23 Maret 2024.
APTIK merasa perlu kampus mengantisipasi segala bentuk adaptasi yang diperlukan guna mencegah terjadinya kerapuhan mental yang kian meluas di lingkungan kampus.
“Kecemasan, depresi, dan bunuh diri yang terjadi itu merupakan bagian dari illusion of control,” ujar Prof. Kusbiantoro.
BACA JUGA:
- 33 Kampus Diduga Terlibat Perdagangan Orang, 1.047 Mahasiswa Jadi Korban
- SMK Sint Joseph Jakarta Gelar Pameran Motor Listrik Buatan Siswa
- OSN SD 2024 Tingkat Kabupaten/Kota Bakal Diulang, Gegara Eror
Prof. Kusbiantoro menyatakan, meski angka persoalan kesehatan mental belum terdata akurat, namun masalah di era digital mesti menjadi keprihatinan bersama.
“Kami merasa perlu kerja sama agar mahasiswa tidak merasa terisolasi dan agar lembaga konseling bisa secara tepat mengenali gejalanya serta secara tepat bisa mengatasi,” papar Prof. Kusbiantoro.
APTIK perlu dirikan kampus di IKN
Selain kerapuhan mental di kampus, APTIK pun menyoroti pentingnya kolaborasi bersama pemerintah serta industri.
“Selain membahas adaptasi kurikulum terhadap paradigma disrupsi yang terbarukan, kolaborasi serta pengembangan kepedulian sebagai identitas Katolik agar bisa menjadi jawaban terhadap persoalan di tengah masyarakat sudah saatnya dilakukan,” papar Linus M. Setiadi, Ketua Yayasan Atma Jaya Jakarta.
Leave a Reply