Tak Terima Dapat Jadwal Jaga Akhir Tahun, Dokter Koas Dianiaya, Pihak Kampus Buka Suara

Tangkapan layar video penganiayaan dokter koas
Tangkapan layar video penganiayaan dokter koas
Sharing for Empowerment

PALEMBANG, KalderaNews.com – Kasus pemukulan dokter koas viral di media sosial. Diduga kasus pemukulan dipicu jadwal koas akhir tahun. Pihak kampus pun akhirnya buka suara.

Dalam video yang viral tersebut, seorang pria mengenakan kaos merah memukuli dokter tersebut dengan penuh amarah di sebuah kafe bilangan Palembang, Sumatera Selatan.

Dari berbagai unggahan di media sosial, disebutkan bahwa dokter muda yang dipukuli adalah seorang kepala koas yang membagi jadwal jaga rekan-rekannya. 

BACA JUGA:

Pihak kampus buka suara

Video penganiayaan itu beredar di media sosial. Tampak seorang koas yang masih mengenakan pakaian tugas dipukuli seorang pria berkaus merah.

Pria berbaju merah itu terlihat memukuli korban beberapa kali di bagian kepala. Sejumlah rekan kerja korban dan orang lain di kafe tampak berusaha melerai.

Setelah kasus pemukulan ini viral, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri) dr Syarif Hasan membenarkan bahwa orang yang dianiaya itu adalah mahasiswanya yang sedang menjalani koas di RS Siti Fatimah.

“Kami prihatin dengan insiden yang menimpa salah satu peserta didik kami yang sedang melakukan pembelajaran profesi di RS Siti Fatimah. Setelah mendapatkan laporan tersebut kami langsung melakukan rapat koordinasi dengan pihak kampus,” kata dr Syarif.

dr Syarif juga tidak membenarkan kejadian tersebut dan mengecam bentuk kekerasan yang terjadi, baik itu di lingkungan kampus maupun tidak.

“Tindakan kekerasan seperti ini jelas tidak bisa dibenarkan, kami dengan tegas mengecam setiap bentuk kekerasan di lingkungan kampus maupun di luar kampus,” imbuhnya.

Saat ini pihak kampus telah membentuk tim investigasi internal yang bertugas mengumpulkan informasi dan mengindentifikasi permasalahan.

“Untuk melakukan penyelidikan mendalam terkait insiden pemukulan, tim investigasi bertugas untuk mengidentifikasi permasalahan mendalami fakta serta mencari jalan penyelesaian yang terbaik,” terangnya.

Motif pemukulan terhadap dokter koas

Dalam unggahan yang viral, penganiayaan itu diduga terjadi karena anak dari pelaku pemukulan yang merupakan peserta koas, tidak terima mendapat jadwal piket bertepatan dengan libur panjang Natal dan Tahun Baru.

“Kami sudah (bicara) baik-baik,” ucap dokter yang masih mengenakan seragam rumah sakit dengan nada tinggi setelah mendapat pukulan.

Mendengar perkataan itu, pria yang mengenakan kaos merah malah lebih marah dan kembali menghujani sang dokter secara bertubi-tubi.

Terlihat perempuan berhijab yang juga mengenakan seragam rumah sakit berusaha melindungi dokter muda tersebut. Sementara, perempuan yang lebih tua mencoba menghentikan tindakan pria berkaos merah.

Akibat pemukulan tersebut, korban kini dirawat di RS Bhayangkara Palembang. Peristiwa penganiayaan itu juga sudah dilaporkan ke polisi.

Keluarga korban tuntut keadilan

Atas kejadian ini, ayah korban, mendesak agar pelaku segera diproses sesuai hukum oleh Polda Sumatera Selatan.

Peristiwa tersebut menyebabkan korban mengalami luka memar di wajah dan syok berat setelah dipukul secara berulang oleh DT, yang saat ini masih menjalani pemeriksaan di Subdit III Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Sumsel.

“Kami sudah melaporkan kejadian ini ke polisi dan berharap pelaku dapat diproses sesuai hukum yang berlaku di Indonesia,” kata Wahyu Hidayat, ayah Luthfi, saat ditemui di RS Bhayangkara M Hasan Palembang, Jumat, 13 Desember 2024.

Sementara itu, DT, pelaku penganiayaan, mengungkapkan keinginannya untuk berdamai. Kuasa hukum DT, Titis Rachmawati, menyatakan bahwa pihak keluarga pelaku siap bertanggung jawab dan menanggung seluruh biaya pengobatan Luthfi.

“Saya datang ke sini (Mapolda Sumsel) membawa DT dengan niat baik, memohon maaf, dan bertanggung jawab menemui keluarga korban. Kami akan berusaha sebijak mungkin. LD (pelaku) juga terganggu secara emosional akibat kejadian ini,” ungkap Titis.

Titis menegaskan bahwa kekerasan dalam dunia pendidikan, terutama terhadap calon dokter, tidak dapat dibenarkan.

Ia menyebutkan bahwa tindakan penganiayaan tersebut dipicu oleh emosi sesaat. Sebagai kuasa hukum, Titis berjanji akan berusaha mencari solusi damai dan akan menemui pihak fakultas untuk meminimalisir permasalahan ini.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*