Universitas Tadulako Diterpa Isu Dugaan Plagiarisme, Oknum Profesor RN Salahgunakan Karya Mahasiswa

Rektorat Universitas Tadulako
Rektorat Universitas Tadulako
Sharing for Empowerment

PALU, KalderaNews.com– Universitas Tadulako (Untad) diguncang isu serius menyusul dugaan tindakan plagiarisme yang dilakukan oleh seorang profesor berinisial RN.

Dosen tersebut diduga menggunakan artikel hasil karya pihak lain, terutama milik mahasiswauntuk kepentingan kenaikan jabatan akademik dari Lektor Kepala menjadi Guru Besar.

Tindakan yang dinilai melanggar etika akademik itu memunculkan gelombang kritik internal, dan kabarnya telah menarik perhatian Inspektorat Jenderal Kemdikti Saintek.

BACA JUGA:

Oknum dosen memiliki karya ilmiah yang tidak wajar

Menurut informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, RN disebut memiliki pola kepemilikan artikel ilmiah yang sangat tidak wajar.

Lonjakan jumlah publikasi ilmiahnya menjelang tahun kenaikan jabatan menimbulkan pertanyaan besar. Pada tahun 2018, ia tercatat memiliki 13 artikel ilmiah, lalu meningkat menjadi 23 di tahun 2019, melonjak drastis ke 32 artikel pada 2020, dan 27 pada 2021.

Namun begitu status profesor diraih pada 2022, angka itu justru anjlok—menjadi hanya 4 artikel pada 2022, dan tinggal satu artikel pada 2023.

Sejumlah dosen mempertanyakan bagaimana mungkin jumlah publikasi sebanyak itu dapat dihasilkan dalam waktu singkat, dengan mempertimbangkan kebutuhan waktu untuk menyusun proposal, melakukan penelitian, mengolah data, dan menulis artikel.

“Ih, gila memang itu ibu ee,” ujar salah satu dosen, terkejut mengetahui bahwa RN mampu menerbitkan hingga 34 artikel hanya dalam satu tahun.

Jika diakumulasi selama empat tahun, total artikel yang diklaim oleh RN mencapai 94. Sementara itu, data publikasi dari SINTA dan Scopus memperlihatkan tren serupa.

Pada 2019 hanya ada 4 artikel yang terindeks Scopus, namun jumlah tersebut melonjak menjadi 24 pada 2020, lalu 21 pada 2021.

Kenaikan ekstrem ini menimbulkan kecurigaan, terutama karena tidak sebanding dengan rekam jejak penelitian yang dilaporkan.

Di kalangan internal kampus, isu mengenai praktik tidak etis tersebut sebenarnya bukan hal baru. RN disebut sudah lama dicurigai memanfaatkan karya orang lain, namun banyak pihak enggan bersuara karena posisi suaminya yang memiliki jabatan penting.

Diduga, kekuatan jaringan jabatan dimanfaatkan untuk menekan pihak-pihak yang mencoba mengkritik atau membuka suara.

 “Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga,” kata seorang dosen senior yang memahami dinamika internal kampus.

Dosen lain berharap oknum ini segera dilepas jabatan guru besarnya

Lebih ironis lagi, RN disebut kerap tampil dalam berbagai forum pembekalan dan pelatihan dosen sebagai contoh keberhasilan dalam meraih jabatan profesor.

Ia disebut terlalu sering menonjolkan pencapaiannya, hingga menimbulkan kesan seolah-olah kenaikan jabatan akademik bisa dicapai dengan mudah.

 “Kita percaya karena ibu itu bisa meraih guru besar, jadi kalau memberi materi terlalu sering patende (muji diri sendiri),” ujar seorang mantan peserta program pembekalan.

“Padahal ini bukan soal percepatan, ini soal integritas dan karya nyata,” tambahnya.

Demi menjaga nama baik institusi, sejumlah dosen Untad berharap jika dugaan ini terbukti, maka pencabutan jabatan guru besar RN adalah langkah yang pantas dilakukan.

Mereka tidak ingin Universitas Tadulako tercoreng oleh tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai akademik.

Hingga kini, Rektor Universitas Tadulako, Prof. Dr. Amar ST, belum memberikan keterangan resmi terkait dengan isu tindakan plagiarisme ini.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*