Wisuda Universitas Prasetiya Mulya, Menjadi Manusia di Tengah Gempuran Kecerdasan Buatan

Upacara wisuda Universitas Prasetiya Mulya. (dok.PrasMul)
Upacara wisuda Universitas Prasetiya Mulya. (dok.PrasMul)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Universitas Prasetiya Mulya gelar wisuda ke-41 bagi 1.281 mahasiswa dari strata satu hingga tiga. Inilah pesan utamanya.

Mereka pun langsung bergabung dalam Ikatan Alumni Universitas Prasetiya Mulya (Ikaprama) bersama 13.123 alumni lainnya.

Tema yang diusung dalam wisuda kali ini adalah “Into the Age of Human-Machine Companionship”.

BACA JUGA:

“Kemenangan di rimba digital yang paling gemilang pun adalah kurang dari seperdua dari kemenangan bulat dalam perkelanaanmu. Becoming human is our endless learning,” tegas Rektor PrasMul, Prof. Dr. Djisman Simandjuntak.

Prof. Djisman mengingatkan tentang kehadiran Artificial Intelligence (AI) yang bakal menghiasi kehidupan manusia.

Meski dinilai dapat mengancam keberadaan manusia, AI sejatinya diciptakan dan didesain hanya untuk membantu manusia.

Di tengah gerak perubahan dunia

Wakil Ketua Pembina Yayasan Prasetiya Mulya, Edwin Soeryadjaya mengatakan, perubahan yang sedang terjadi, seperti revolusi di bidang science, technology, engineering, dan mathematics atau STEM.

Gerak perubahan tersebut melahirkan sumber energi baru dan terbarukan, seperti genome editing technologies, Artificial Intelligence (AI), Quantum Computing dan Blockchain.

Ini merupakan suatu tanda bahwa dunia terus bergerak dengan cepat.

“Meskipun reaksi terhadap teknologi tersebut bisa beragam, kita harus melihatnya sebagai peluang yang tak ternilai. Saya berharap dengan menggabungkan kreativitas dan inovasi, Universitas Prasetiya Mulya kembali menjadi garda depan pembaruan pemikiran di Indonesia,” ujar Edwin.

AI tidak sepintar manusia

Dalam wisuda ini, hadir pula Prof. Stella Christie dari Tsinghua University, ahli psikologi kognitif menyampaikan pidato ilmiah.

Ia menjelaskan bahwa di era gempuran manusia versus kecerdasan buatan (AI) dengan revolusi yang dihadirkan, ketakutan adalah hal yang perlu kita rasakan

Katanya, ketakutan bukan berarti hal yang tidak baik, justru ketakutan ini menyadarkan akan ada persaingan.

“Ketakutan itu harus disertai kesadaran, bahwa walaupun sangat membantu ternyata kecerdasan buatan (AI) tidak sepintar yang kita pikirkan,” katanya.

“Maka, kita harus memiliki pedoman yang dapat membuat kita bersaing sukses melalui kemampuan yang tidak dimiliki oleh AI, jika kita hanya memiliki kemampuan yang dimiliki AI maka kita akan tertinggal dan tak dapat bersaing ke depannya,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*