Riset Menunjukkan Murid Perempuan di Indonesia Lebih Pintar daripada Murid Laki-laki

Murid-murid perempuan di sebuah sekolah. Mereka dapat lebih unggul daripada pria jika diberi kesempatan. (Inovasi)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Murid perempuan Indonesia di sekolah dasar lebih pintar dibandingkan murid laki-laki. Bukan saja dalam hal literasi namun juga dalam hal-hal yang berkaitan dengan angka.

Hal ini ditunjukkan oleh sejumlah riset. Sebuah riset yang dilakukan RTI International (2015), misalnya, menunjukkan kinerja akademis murid perempuan di Indonesia secara signifikan lebih tinggi dibanding kinerja murid laki-laki.

Temuan studi yang difasilitasi oleh USAID ini memperlihatkan murid laki-laki di tingkat sekolah dasar secara konsisten selalu tertinggal dibanding murid perempuan dalam hal literasi di semua situasi.

BACA JUGA:

Hasil ini sejalan dengan kecenderungan secara global. Secara internasional, murid perempuan di tingkat sekolah dasar juga cenderung menghasilkan nilai belajar yang lebih baik dibandingkan murid laki-laki.

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Innovation for Indonesia’s School Children (Inovasi) program, kerjasama antara pemerintah Australia dan Indonesia, mengkonfirmasi lagi hasil ini. Dengan menggunakan ujian literasi komprehensif dasar, ditemukan bahwa murid perempuan di tingkat sekolah dasar berkinerja lebih baik dibanding murid laki-laki.

Dikutip dari laman Indonesia at Melbourne University of Melbourne, studi ini menunjukkan bahwa keunggulan murid perempuan itu terjadi di hampir semua kabupaten di Indonesia. Lebih jauh, bukan hanya dalam soal literasi, dalam soal kemampuan yang berkaitan dengan angka pun murid perempuan juga lebih baik daripada laki-laki. Ini berkebalikan dengan stereotip yang mengatakan laki-kali lebih pintar daripada perempuan dalam soal berhitung.

Apa yang membuat murid perempuan menghasilkan nilai belajar yang lebih baik dibanding laki-laki?

Faktor-faktor yang terjadi di dalam ruang kelas maupun di rumah sangat menentukan. Di dalam ruang kelas di Indonesia, murid perempuan dipersepsikan lebih berperilaku sopan dibanding laki-laki.

Seorang guru yang berpartisipasi dalam survei mengatakan selalu lebih mudah mengajar murid perempuan dibandingkan laki-laki karena murid perempuan lebih mudah bekerja sama dan melibatkan diri dalam aktivitas di dalam kelas. Murid perempuan juga dilaporkan memiliki minat belajar yang lebih besar daripada laki-laki.

Guru yang cenderung membuat stereotip bahwa murid laki-laki lebih bandel dan suka mengganggu juga menjadi faktor yang mempengaruhi ekspektasi dan perlakuan guru terhadap murid. Data observasi terhadap kelas mengatakan guru cenderung lebih banyak berinteraksi dengan murid perempuan daripada laki-laki.

Studi itu menemukan bahwa murid perempuan cenderung lebih sedikit mendapat perundungan (bullying) daripada laki-laki. Ini membuat murid perempuan lebih antusias dalam belajar.

Studi terhadap proyek percontohan perpustakaan di sekolah-sekolah di Sumba semakin menguatkan hasil penelitian ini. Hampir di semua sekolah yang dikunjungi, catatan peminjaman buku menunjukkan murid perempuan lebih aktif dibanding laki-laki. Seorang petugas perpustakaan yang diwawancarai mengatakan murid laki-laki cenderung bermain di luar kelas saat istirahat sementara murid perempuan lebih senang mengunjungi perpustakaan.

Di daerah pedesaan yang miskin, faktor sosiokultural ikut mempengaruhi. Murid laki-laki seringkali diharuskan ikut membantu orang tua di sawah sedangkan murid perempuan ditugaskan pada pekerjaan-pekerjaan domestik di rumah.

Di tingkat makro. hasil survei dan studi ini dapat memberi sejumlah makna positif bagi Indonesia. Pertama, ini menunjukkan bahwa upaya untuk memberi kesempatan yang lebih luas bagi perempuan di bidang pendidikan menunjukkan hasil yang baik. Data resmi menunjukkan Indonesia nyaris mencapai tingkat partisipasi universal untuk tingkat sekolah dasar.

Data juga menunjukkan perbedaan historis antara akses pendidikan pelajar perempuan dan pelajaran laki-laki sudah lenyap. Faktanya, angka partisipasi pelajar perempuan dewasa ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pelajar pria.

Satu hal yang kurang menggembirakan ialah kecenderungan positif ini belum terjadi di tingkat sekolah menengah. Angka partisipasi perempuan bersekolah di tingat sekolah menengah sangat riskan dikalahkan murid laki-laki.

Ada berbagai alasan, termasuk stereotip gender dan kemiskinan, yang menyebabkan laki-laki diprioritaskan untuk melanjutkan sekolah di tingkat menengah. Selain itu masih tingginya tingkat perkawinan anak-anak, menyebabkan anak-anak perempuan sering harus mengorbankan pendidikannya.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*