JAKARTA, KalderaNews.com — Tak semua pahlawan nasional mengangkat senjata, berperang di medan laga, dan gugur sebagai pejuang. Mereka yang memperjuangkan hak asasi atau melawan segala bentuk penindasan juga bisa dikategorikan sebagai pahlawan.
BACA JUGA:
- Guru Ini Sumbangkan Gajinya kepada Negara Atasi Covid 19 dan Ajak PNS Lainnya Lakukan Hal Serupa
- Pimpinan dan Pegawai Kemenristek/BRIN dan LPNK Berbagi 1.000 Sembako
- Riset Terbaru di China Temukan Udara AC Mempercepat Penularan Covid 19, Ruangan Sekolah Perlu Jendela Terbuka
- Cuci Tangan Lebih Mudah dengan Alat Otomatis Besutan Mahasiswa Telkom University
- Guru dari Semarang Ini Masuk Nominasi Finalis Global Teacher Prize 2020 Berhadiah Rp15 Miliar
- Bangga Jadi Warga Kota Bekasi, Cek Update Pasien Corona Terpusat di Sini
- Atma Jaya Yogyakarta Beri Bantuan Pangan Kepada Mahasiswa
- Tak Perlu Takut, Tok! Dana BOS Resmi Bisa untuk Beli Pulsa Internet
Nah, bangsa kita juga memiliki pahlawan-pahlawan perempuan yang tangguh, baik di medan perang ataupun memperjuangkan hak-hak kaumnya.
Selain R.A. Kartini, berikut deretan pahlawan nasional perempuan Indonesia:
Nyi Ageng Serang
Pahlawan perempuan ini lahir di Desa Serang, dekat Purwodadi pada 1762. Meski Nyi Ageng terlahir dari keluarga yang berada, namun ikut tergerak untuk mengusir para penjajah di daerah Kulonprogo, Yogyakarta.
Selain itu Nyi Ageng Serang pernah ikut berperang membantu putranya dalam Perang Jawa. Ialah yang mengatur strategi dan taktik berperang. Salah satu taktik cemerlang untuk mengelabuhi musuh adalah dengan menyamar menjadi semak-semak menggunakan daun bambu.
Dewi Sartika
Dewi Sartika bukanlah pahlawan di medan perang. Sama seperti R.A. Kartini, Dewi Sartika memperjuangkan pendidikan bagi perempuan, terutama di daerah Jawa Barat. Sekolah-sekolah yang ia dirikan masih terus berkembang hingga sekarang.
Leave a Reply