JAKARTA, KalderaNews.com — Raden Ajeng Kartini wafat dalam usia muda, 25 tahun, saat melahirkan putra pertamanya. Hingga kini, namanya harum, tak lekang waktu. Ia selalu dikenang sebagai sosok pelopor emansipasi perempuan Indonesia.
BACA JUGA:
- Vlogger Madrasah, Yuk Ikut Lomba Kampanye Indonesia Sehat, Simak Syarat dan Hadiahnya
- Sudah Daftar Kartu Pra Kerja? Berikut 8 Platform Penyedia Pelatihan Digital
- Google Teach From Home Sudah Tersedia dalam Bahasa Indonesia. Yuk Lihat Cara Mengajar Kreatifnya!
- Tak Perlu Takut, Tok! Dana BOS Resmi Bisa untuk Beli Pulsa Internet
- Mantan Guru Sekolah Pelita Harapan Meninggal karena Covid 19 Diberi Penghormatan oleh Surat Kabar AS
- Stafsus Alumni ITB dan Harvard Ini Bikin Malu, Ini Profil Lengkap Pendidikan Andi Taufan Garuda Putra
- 7 Staf Khusus Milenial Jokowi Masih Ada yang Ingin Lanjut Kuliah
- 21 Guru di NYC Meninggal karena Covid 19
- EDUTALK: Pandemi Corona, Pelajar Indonesia di Belanda Pulang. Gimana Nasib Kuliahnya?
Peringatan Hari Kartini saban 21 April menjadi pengingat bahwa pernah hadir di bumi Indonesia sosok Kartini yang dengan tangguh memperjuangkan hak-hak perempuan.
Nah, untuk mengenang Kartini, yuk simak pesan-pesan inspiratif bagi kita semua:
- “Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu, tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.”
- “Saat membicarakan orang lain Anda boleh saja menambahkan bumbu, tapi pastikan bumbu yg baik.”
- “Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang kita cintai.”
- “Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang.”
- “Tahukah engkau semboyanku? ‘Aku mau!’ Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata ‘Aku tiada dapat!’ melenyapkan rasa berani. Kalimat ‘Aku mau!’ membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”
- “Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandanganya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.”
- “Lebih banyak kita maklum, lebih kurang rasa dendam dalam hati kita. Semakin adil pertimbangan kita dan semakin kokoh dasar rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia.”
- “Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu.”
- “Jangan pernah meyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang.”
- “Tak peduli seberapa keras kamu mencoba, kamu tak akan pernah bisa menyangkal apa yang kamu rasa. Jika kamu memang berharga di mata seseorang, tak ada alasan baginya untuk mencari seorang yang lebih baik darimu.”
- “Saat suatu hubungan berakhir, bukan berarti orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti.”
- “Tetapi sekarang ini, kami tiada mencari pelipur hati pada manusia. Kami berpegangan teguh-teguh pada tangan-Nya. Maka hari gelap gulita pun menjadi terang, dan angin ribut pun menjadi sepoi-sepoi.”
- “Adakah yang lebih hina, daripada bergantung kepada orang lain?”
- “Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam.”
- “Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula dalam hidup manusia. Karena ada angan-angan muda mati, kadang-kadang timbullah angan-angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah.”
- “Sepanjang hemat kami, agama yang paling indah dan paling suci ialah kasih sayang. Dan untuk dapat hidup menurut perintah luhur ini, haruskah seorang mutlak menjadi Kristen? Orang Buddha, Brahma, Yahudi, Islam, bahkan orang kafir pun dapat hidup dengan kasih sayang yang murni.”
- “Agama memang menjauhkan kita dari dosa. Tapi, berapa dosa yang kita lakukan atas nama agama?”
- “Bukanlah laki-laki yang hendak kami lawan, melainkan pendapat kolot dan adat usang!”
- “Sekolah-sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat, tetapi juga keluarga di rumah harus turut bekerja. Lebih-lebih, dari rumahlah kekuatan mendidik itu harus berasal.”
- “Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau masih dapat bermimpi!”
Keren-keren ya, Gaes? Bisa untuk bikin status di media sosial kamu, Gaes! (yp)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply