Hanya Kenali Feromon Sesama Koloni, Peneliti Milenial Medan: Semut Terbukti Diskriminatif

Dua peneliti milenia dari SMA Negeri 1 Medan, Provinsi Sumatera Utara, Nadya Khairussyifa dan Sarah Allycia Vernanda Siregar
Dua peneliti milenia dari SMA Negeri 1 Medan, Provinsi Sumatera Utara, Nadya Khairussyifa dan Sarah Allycia Vernanda Siregar (KalderaNews/SGU)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Semut kerap diasosiasikan dengan istilah pekerja keras, koloni, dan peduli sesama. Pernyataan tersebut memunculkan pertanyaan, apakah semut diskriminatif atau membeda-bedakan teman?

Dua peneliti milenia dari SMA Negeri 1 Medan, Provinsi Sumatera Utara, Nadya Khairussyifa dan Sarah Allycia Vernanda Siregar dengan guru pendamping Dra. Ipa Ratna Mutiara, M.Pd membuktikan bahwa semut adalah hewan yang diskriminatif, karena semut hanya mampu mengenali feromon yang dipancarkan oleh semut sesama koloni.

Semut adalah serangga sosial yang merupakan kelompok serangga yang termasuk ke dalam ordo Hymnoptera dan family Formicidae. Organisme ini terkenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur. Semut dibagi menjadi semut pekerja, prajurit, pejantan, dan ratu. (Suhara, 2009: 2).

BACA JUGA:

Serangga ini memiliki populasi cukup stabil sepanjang musim dan tahun. Jumlahnya yang banyak dan stabil sepanjang musim membuat semut menjadi salah satu koloni serangga yang penting di ekosistem (Wang et al, 2000). Jumlah semut di permukaan bumi terdiri lebih dari 12.000 spesies, akan tetapi baru sekitar 7.600 spesies dari 250 genus yang telah diberi nama dan dideksripsikan. Keanekaragaman semut yang terbesar berada di daerah tropis.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*