Bulan Madu di Negeri Pengasingan, Inilah Kisah Asmara Ki dan Nyi Hajar Dewantara

Ki dan Nyi Hajar Dewantara. (Ist.)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Tetiba ia mendapat berita tak sedap tentang tunangannya, medio Juni 1913. Pemerintah kolonial Hindia Belanda hendak menangkap Suwardi Suryaningrat, yang kelak terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara.

Kala itu Suwardi sudah bertunangan dengan Sutartinah. Raden Ajeng Sutartinah lahir pada 14 September 1890. Dia cucu Sri Paku Alam III, yang berarti canggah atau keturunan kelima Pangeran Diponegoro.

BACA JUGA:

Tulisan bertajuk “Als Ik Een Nederlander was” atau Andaikan Aku Seorang Belanda yang dimuat di buletin resmi Komite Boemi Poetra membuat geram pemerintah kolonial. Komite Boemi Poetra diketuai Tjipto Mangunkusumo, sementara Suwardi sebagai sekretaris.

Buletin itu pun dicekal dan komite dilarang menerbitkan apapun. Lantaran tak terima, Tjipto menulis artikel di surat kabar De Express, 20 Juli 1913, berjudul “Kracht of Vreez” (Ketakutan atau Kekuatan). Hanya selang satu pekan, Suwardi kembali membuat merah pemerintah kolonial dengan artikel berjudul “Een voor Allen, Allen voor Een” (Satu untuk semua, semua untuk satu).




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*