4 Tokoh Muda Berbagi Inspirasi Jelang Hari Sumpah Pemuda

Para narasumber di webinar “Pemuda Penggagas Tanpa Batas” dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Sabtu, 25 Oktober 2020
Para narasumber di webinar “Pemuda Penggagas Tanpa Batas” dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Sabtu, 25 Oktober 2020 (KalderaNews/Kemendikbud)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Empat (4) tokoh muda pejuang mimpi berbagi inspirasi dalam mewujudkan cita-citanya jelang Hari Sumpah Pemuda. Mereka adalah Ahmad Fuadi (Novelis, Pekerja Sosial dan Mantan Wartawan), Sastia Prama Putri (Diaspora Peneliti dan Dosen di Osaka University Jepang), Stanley Ferdinandus (Pendiri Yayasan Heka Leka) dan Sri Hartini (Pamong Budaya Ahli Utama dan Koordinator Umum Pekan Kebudayaan Nasional 2020).

Stanley Ferdinandus berbagi kisah perjuangannya untuk membangun Maluku. Stanley memutuskan kembali ke Ambon, setelah menempuh pendidikan tingginya di luar kota.
Semangat perjuangannya muncul dilatari karena melihat keterpurukan yang dialami masyarakat Maluku terutama paska konflik horisontal yang meluluhlantahkan Maluku sejak tahun 1999.

Keadaan ini mendorong beberapa pemuda yang ada di Ambon untuk bergerak bersama bagi Maluku. Meski di awal pergerakan kediaman Stanley sempat dibakar oknum masyarakat, namun semangatnya membangun Maluku tidak surut.

BACA JUGA:

“Heka Leka” menjadi simbol semangat untuk terus berkolaborasi dengan sesama insan dan organisasi yang peduli untuk membangun dunia pendidikan di Maluku hingga ke pelosok.

“Jangan pernah apatis sebagai pemuda, meskipun perjuangan kita belum didengar pemerintah. Apa yang kita lakukan adalah hal yang mulia”, tegas Stanley.

Selanjutnya, Sri Hartini mengatakan bahwa Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan, Kemendikbud senantiasa mendukung tumbuhnya inisiatif-inisiatif lokal bagi kemajuan daerah dan Indonesia. Hal ini sesuai dengan tema umum PKN yang akan digelar pada tanggal 31 Oktober-30 November 2020 mendatang yaitu “Ruang Bersama Indonesia Bahagia”.

Sementara itu, mengingat Indonesia saat ini masih berjuang melawan pandemi Covid-19 maka Kemendikbud menggagas tema khusus PKN yakni “Penguatan Tubuh Masyarakat dalam Perspektif Kebudayaan”.

Ditjen Kebudayaan menginisiasi berbagai program yang menampilkan karya generasi muda baik produk maupun pagelaran budaya. Program ini, lanjut Sri, dilakukan bekerja sama dengan platform penjualan (daring) untuk menyalurkan atau memasarkan produk-produk kebudayaan tersebut.

“Tantangan bagi pemuda, isi kemerdekaan dengan banyak hal positif, jadilah penggagas, bukan pengikis,” pesan Sri.

Ada pula perempuan peneliti Indonesia dari Negeri Sakura, Sastia Prama Putri. Ia mengisahkan bagaimana tantangan seorang peneliti perempuan yang dirasakannya sangat tidak mudah.

“Riset bukan hal yang mudah dan kegagalan merupakan bagian darinya. Kita harus memiliki mental kuat untuk menjadi peneliti dan semangat positif setiap waktu,” tegasnya.

Setelah menyelesaikan studi S3, Sastia masih tetap berjuang di bidangnya sebagai ilmuwan. Beberapa hasil dari perjuangan tersebut adalah Sastia mendapatkan Miyata Award 20 Oktober 2020 sebagai dosen muda di bidang Engineering yang mengantarkannya untuk berkunjung ke Harvard University di tahun 2021 dan 2022.

“Teruslah belajar dan meraih mimpi yang lebih tinggi, jelajahi dunia dan majukan Indonesia,” pesan Sastia di akhir paparan.

Narasumber berikutnya Ahmad Fuadi membagikan kisahnya berkeliling dunia yang bukan hanya sekadar untuk melanjutkan pendidikan dan meningkatkan kemampuan menulis, namun juga untuk membagi pengalamannya menulis beberapa buku best seller.

“Tulisan lebih kuat dari peluru, tulis lah minimal satu buku dalam hidupmu,” terangnya.

Ia juga mengatakan, penting bagi seseorang untuk merantau demi melawan zona nyaman. Meski tidak nyaman, daya ikhlas menjadi penentu keberhasilan.

Menurutnya, kesungguhan dalam berjuang dan daya impian, harus dibela dan didoakan.

“Kuasai minimal salah satu bahasa asing untuk bisa kuasai pintu-pintu ilmu,” pesan pemeroleh 10 beasiswa luar negeri itu.

Kesulitannya selama menggapai cita-cita untuk memperoleh pendidikan yang baik, mendorong Ahmad Fuadi mendirikan komunitas Menara, sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan masyarakat yang kurang mampu, khususnya untuk usia pra sekolah. Saat ini, Komunitas Menara memiliki sebuah sekolah anak usia dini gratis.

Keempat pembicara ini hadir alam webinar bertema “Pemuda Penggagas Tanpa Batas” dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Sabtu, 25 Oktober 2020.

Kepala Pusat Penguatan Karakter, Kemendikbud, Hendarman mengatakan, webinar kali ini diselenggarakan untuk membangkitkan semangat generasi muda melalui cerita inspiratif tokoh muda yang sukses mewujudkan cita-citanya.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*