Memahami Toxic Positivity dan Ciri-Cirinya, Ucapan Penyemangat Jadi Racun

Sharing for Empowerment

Ungkapan positif yang terlalu banyak dapat membuat seseorang tidak ingin melihat hal-hal buruk. Akibatnya, ia menyangkal perasaannya hanya untuk melihat kesenangan, padahal ada kalanya hidup berada di titik terendah.

Ketika seseorang sedang berada di titik terburuknya, alangkah lebih baik ungkapan yang diucapkan dapat membantunya merelakan hal sulit tersebut. Kamu bisa saja berkata “santai saja, istirahat sesaat tidak ada salahnya.” Dengan demikian, ia merasa perasaan sedihnya valid.

Merasa Tidak Bisa Mengeluarkan Emosi Sesuai Konteks

Penelitian mengungkapkan bahwa menolak menerima emosi negatif hanya membuat kita merasa lebih buruk.

Jika kamu menonton Inside Out, menyangkal perasaan sedih dapat menjadi bom waktu. Riley yang saat itu sedang masa adaptasi di lingkungan baru merasa tidak senang, akan tetapi emosi bernama Joy berpikir bahawa rasa senang merupakan solusi untuk masalahnya.

Terlalu banyak peran Joy sebagai ikon positif membuat Riley tidak bisa mengeluarkan emosi sesuai konteks. Akhirnya, Riley menjadi pribadi yang tidak tahu emosi yang harus ia rasakan dan seringkali marah pada lingkungannya. Sadness, karakter pada film tersebut memiliki peran sebagai penyeimbang emosi Riley.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*