JAKARTA, KalderaNews.com – Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin mengatakan, pandemi Covid-19 memaksa pendidikan berubah. Kebiasaan lama menjadi usang dan digantikan kebiasaan baru berbasis digital.
“Awalnya memang terjadi kekagetan dan kaku, namun lama-lama menjadi biasa, walaupun terpaksa” kata Prof. Asep.
BACA JUGA:
- Universitas Al Azhar Gandeng Kedutaan Uni Emirat Arab Bahas Peran Perempuan
- Rektor UAI: Sarjana Terapan Jawaban untuk Hadapi Revolusi Industri 4.0
- Awali Tahun 2021, UAI Jalin Kerja Sama dengan National Taipei University
Pendidikan berbasis budaya digital, menurut Prof. Asep, betul-betul menuntut kebiasaan digital secara individu tanpa arahan secara sistematis. Siswa dan mahasiswa bukan lagi peserta didik yang dicatat kehadirannya, bahkan ada bobot persentasenya. Mereka adalah pembelajar yang mencari ilmu, teknologi, dan keterampilan tanpa ada yang mengawasi.
Para pembelajar itu bisa saja terdaftar di lembaga pendidikan, seperti universitas atau sekolah, tetapi mereka meracik sendiri mata kuliahnya. Mereka juga bisa mengambil mata kuliah di kampus-kampus besar dunia secara resmi atau tidak. Atau mereka ambil kelas-kelas tertentu di dunia maya.
Ketika peserta didik atau mahasiswa memerlukan lembar sertifikat mata kuliah tertentu, mereka baru mendaftar ujian secara daring. Sudah barang tentu, sertifikat itu ada nama mata kuliah dan nilai yang ditandatangani resmi oleh dosen pengampu.
Leave a Reply