
JAKARTA, Kalderanews.com — Rachel selalu menikmati mengutak-atik dapur dan memasak bersama ibunya. Januari lalu ia mendirikan Kedai sop buntut, Three by Garamika, bersama adik dan kakaknya.
Ini merupakan caranya mewujudkan mimpinya. Kedai yang berlokasi di blok HDB di Toa Payoh, Singapura, itu ia jalankan sambil mengikuti kuliah di Singapore Institute of Management.
Kepada 8days.sg, media yang menuliskan artikel ini dalam Bahasa Inggris, Rachel mengatakan bahwa membuka restoran adalah mimpinya sejak sekolah dasar. Ia mulai mengasah keterampilan memasaknya ketika dia belajar kursus dasar internasional di Skotlandia pada tahun 2020.
BACA JUGA:
- Tidak Punya Background Keaktoran Siswi SD Tarakanita Yogyakarta Ini Guncang Singapura
- Ingin Berkancah di Tingkat Dunia USM Indonesia- NTU Singapura Jalin Kerjasama
- Singapura Teken MOU Pngembangan Kompetensi Mahasiswa
Dia sangat bersemangat untuk memulai bisnis F&B sendiri. Lalu dia meyakinkan saudara perempuannya untuk bergabung dengannya dan mengambil pinjaman S$150.000 dari orang tua mereka untuk membuka kedai.
Tetapi dengan hanya satu tahun kuliah lagi, mengapa terburu-buru berbisnis?
“Saya ingin membuat landasan, sehingga ketika saya lulus tahun depan, saya bisa fokus mengembangkan bisnis,” jelasnya.
Ini juga waktu yang tepat untuk Gabriella, yang baru saja lulus dari Singapore Management University dengan dua gelar, di bidang Akuntansi dan Psikologi, pada bulan Desember.
“Saya berencana untuk mendapatkan pekerjaan di bidang konsultansi risiko, tetapi Rachel begitu meyakinkan sehingga saya memutuskan untuk memberikan dukungan kepadanya karena kita semua memiliki keahlian yang berbeda,” katanya.
“Secara jabatan, saya bertanggung jawab atas keuangan dan operasional, Rachel sebagai koki, dan Mika bertanggung jawab atas pemasaran. Ibu adalah CEO, chief emotional officer.”
Sang ibu, Hartaty Maswi, 51, juga merangkap sebagai juru masak saat Rachel terlalu sibuk dengan sekolah.
“Pada akhirnya, ini adalah bisnis keluarga kami jadi jika Rachel benar-benar tidak dapat mengatasinya, kami hanya dapat menyediakan satu layanan [makanan]. Dan kalau habis terjual, yang sudah, selesai. . Tidak perlu membuat diri kita stres,” katanya.
Dihiasi dengan kayu dan warna netral, para kakak beradik ini ingin kedsi dengan 25 tempat duduk menjadi “pusat tempat orang dapat berkumpul dengan makanan rumahan” yang nyaman. Ini mungkin tidak terlihat jelas tetapi perabotan dipilih dengan hati-hati untuk mencerminkan tema buntut sapi dan nama kedai.
“Kami memilih kursi ini karena bagian kayunya terlihat seperti tanduk sapi dan memilih meja ini agar serasi,” kata Gabrielle.
Mereka memutuskan untuk mendirikan kedai mereka di Toa Payoh karena orang tua mereka menjalankan bisnis akomodasi siswa di unit toko di lantai atas.
Empat sajian utama mereka, yaitu sop buntut (S$16,5 per porsi), Rawon (S$16,5), Buntut Goreng (S$17,5), Ayam Bakar (S$12,5), dan Gado-gado (S$10,5).
Sumber artikel asli: 8days.sg
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply