
JAKARTA, KalderaNews.com – Kamu penggemar novel Harry Potter? Pernahkah kamu bermimpi diterima di Sekolah Sihir Hogwarts?
Apabila mimpi diterima di Hogwarts adalah mimpi yang tak mungkin terwujud, bisa jadi kelas Mitologi Harry Potter di University of California (UC) menjadi solusinya. Benar, di kampus ini, kalau kamu ambil jurusan sastra, salah satu mata kuliahnya adalah mengenai Mitologi Harry Potter.
Renee Fox, asisten profesor sastra, dan co-direktur Proyek Dickens di UC mengatakan sejak awal dibuka, kelas ini menarik minat begitu banyak siswa yang ikut. Fox mengatakan, kelas Harry Potter ini menjadi kelas yang membahas tema humaniora paling populer di UC tahun 2018.
BACA JUGA:
- 9 Artis Indonesia yang Sempat Menghilang dari Panggung Karena Kuliah, Siapa Saja Mereka?
- Ingat, 12 Juli Hari Koperasi Nasional, Begini Sejarah, Tema, dan Logonya
- Kamu Perlu Tahu, 5 Juli Hari Lahir Bank di Indonesia, Begini Sejarahnya
“Setiap kali saya membahas salah satu seri novel Harry Potter, saya sangat ingin punya waktu untuk mengajar lebih banyak. Saya lalu mengusulkan untuk membahas semuanya,” kata Fox.
Untuk mengikuti kelas ini, setiap siswa diharapkan membaca tujuh seri novel Harry Potter. Karena cukup panjang, maka siswa juga diperbolehkan hanya dengan melihat filmnya.
Setiap minggu, kelas ini akan membahas satu buku. Fox menyuruh murid-muridnya menggunakan setiap volume sebagai sarana untuk mendiskusikan teori sastra. Lewat novel ini, Fox mengenalkan siswanya untuk analisa tekstual novel ini dengan pemahaman baru.
Misalnya, saat membaca buku pertama, siswa bisa belajar tentang “studi genre.” Di sini, para siswa meneliti buku tersebut lalu mencari ciri-ciri yang membuat serial Harry Potter ini dapat dikategorikan sebagai buku sastra anak-anak.
Fox melanjutkan, dengan membaca buku kedua, siswa belajar tentang psikoanalisis dan peran tahap perkembangan pada karakter. Siswa bahkan melihat studi hewan untuk memahami pentingnya kemampuan penyihir untuk mengambil bentuk hewan di novel ketiga.
Tari Kurman mengenl novel ini bahkan sebelum ia bisa membaca.
“Ibuku akan membacakan Harry Potter untukku dan kakakku bahkan sebelum aku tahu cara membaca. Aku sudah membaca ulang buku itu berkali-kali.”
Kurman mengambil kelas Harry Potter ini dan menyadari bahwa sebagai penggemar dan mempelajarinya dalam konteks akademis adalah dua hal berbeda. Di lingkup akademis, kelas ini membantu siswa menemukan lebih banyak, siswa menulis tentang pengalaman membaca buku sebagai orang dewasa.
Beberapa siswa menulis tentang bagaimana buku tersebut menimbulkan pertanyaan menarik tentang identitas, karena penyihir dapat mengubah penampilan mereka atau bahkan menjadi tidak terlihat. Perlakuan buruk terhadap peri rumah dan kelahiran muggle di dunia sihir mendorong diskusi tentang gender dan ras.
Fox mengajari siswa untuk melihat novel dengan metode tertentu. Sehingga kelas ini tidak sekadar kelas membaca biasa.
“Ketika Anda melihat lebih dekat pada halaman pertama setiap novel, Anda belajar banyak tentang keasyikan tematik, politik, prasangka, dan pertanyaan yang akan terungkap selama sisa novel berikutnya,” kata Fox.
Kursus ini menghidupkan beberapa aspek menarik dari novel Harry Potter. Fox berharap siswa yang lulus kelas ini menjadi sadar betapa rumitnya menavigasi pertanyaan tentang identitas, kekuasaan, ras, kelas, dan sistem politik. Ia juga berharap mahasiswa lebih memahami apa itu analisis sastra.
“Pendekatan terhadap novel akan berbeda dengan pendekatan mata kuliah etika atau agama,” ujar Fox.
Dengan beragam kekayaan ini, kelas membaca Harry Potter ini bermanfaat tidak saja bagi mahasiswa sastra namun mahasiswa ilmu bahasa dan sosial di California University. Kelas ini mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang akan memperkaya setiap siswa menjadi lulusan yang berwawasan humaniora.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply