
JAKARTA, KalderaNews.com – Staf khusus presiden dari kalangan milenial Andi Taufan Garuda Putra bikin kehebohan. Ia menyurati para camat untuk mendukung perusahaannya melakukan program desa lawan Covod-19. Dalam surat yang ditandatanganinya dengan embel-embel staf khusus presiden tertulis kerja sama dengan PT Amartha Mikro Fintek yang tidak lain merupakan perusahaan miliknya.
Dengan pedenya ia menggunakan kop Sekretariat Kabinet Republik Indonesia untuk kepentingan perusahaan pribadinya PT Amartha Mikro Fintek (Amartha). Ia pun dikecam berbagai pihak. Meski telah mengeluarkan surat permohonan maaf atas surat yang dikeluarkannya tanggal 1 April 2020 lalu, desakan pemecatan terus menggema.
Penasaran dengan sosok muda yang ternyata lulusan ITB dan Harvard ini?
BACA JUGA:
- 7 Staf Khusus Milenial Jokowi Masih Ada yang Ingin Lanjut Kuliah
- 21 Guru di NYC Meninggal karena Covid 19
- EDUTALK: Pandemi Corona, Pelajar Indonesia di Belanda Pulang. Gimana Nasib Kuliahnya?
- KIP Kuliah Masih Terbuka untuk Mahasiswa Baru Sampai Semester 3, Begini Cara Dapatnya
- Paskah Telah Tiba, Berikut Inspirasi Ucapan Selamat Paskah Bahasa Indonesia dan Inggris
- Tips Mahasiswa Inggris Memilih Fakultas Kedokteran yang Cocok
- Buat yang Males Baca, Nih Kiat Sukses Membuat Motivation Letter untuk Beasiswa ke Luar Negeri
- Kamu Gagal SNMPTN 2020? Tak Perlu Baper dan Berkecil Hati, Ini 6 Pilihan Lainnya
Andi Taufan Garuda Putra atau biasa disapa Andi Putra lahir di Jakarta, 24 Januari 1987 (33 tahun). Ia pendiri lembaga peer to peer Lending bernama Amartha yang diangkat menjadi salah satu Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo pada 2019 lalu, bersama Adamas Belva Syah Devara, Putri Indahsari Tanjung, Ayu Kartika Dewi, Gracia Billy Mambrasar, Angkie Yudistia dan Aminuddin Ma’ruf.
Founder sekaligus CEO Amartha Mikro Fintek ini lulus dari SD Al-Azhar Kelapa Gading, Jakarta, SMP Negeri 6 Makassar, Sulawesi Selatan, SMA Negeri 5 Bandung, Jawa Barat.
Diulik dari Linkedin miliknya, setamat SMA ia kuliah di Institut Teknologi Bandung (Bachelor of Business Administration – BBA Business Administration and Management, General (2004-2007), Frankfurt School of Finance & Management untuk Summer Academy (2013) dan Harvard Kennedy School untuk Master of Public Administration – MPA Public Administration (2015-2016)
Setelah S1 ia sempat bekerja sebagai konsultan bisnis untuk IBM Global Business Services selama dua tahun. Namun, ia melihat banyak masyarakat Indonesia kesulitan untuk mendapatkan akses finansial. Pada tahun 2009, Taufan meninggalkan pekerjaannya dan mendirikan Amartha
Sejumlah penghargaan memang digondolnya mulai dari Ashoka Young Change Makers Awards Desember 2010, Finalis Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI), Juli 2011, SATU Indonesia Award dari Astra International Oktober 2011, Finalis Indonesia MDGs Awards, Februari 2012, Global Shapers by World Economic Forum April 2012, Indonesia’s Inspiring Youth and Women by Indosat, November 2012, 30 Promising Growth-stage Startups dari Forbes Indonesia, 2018, Growth Stage Impact Ventures SDG Finance Geneva Summit, Oktober 2019 dan masih banyak lagi.
Stafsus Jokowi lainnya yang kini jadi sorotan yakni Adamas Belva Syah Devara, pendiri dan CEO Ruangguru. Pasalnya, Ruangguru menjadi mitra resmi pemerintah dalam pelatihan online bagi peserta kartu prakerja. Secara khusus, keberadaan stafsus ini dipertanyakan kinerjanya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply