
JAKARTA, KalderaNews.com – Acara tahunan Holland Scholarship Day (HSD) yang biasa digelar di pertengahan Januari oleh Nuffic Neso Indonesia menjadi marketplace yang paling komplit dan komprehensif bagi para pencari (pemburu) beasiswa ke Belanda.
“Holland Scholarship Day (HSD) merupakan sebuah marketplace untuk semua pencari beasiswa untuk mencari informasi yang komplit dan komprehensif. Bukan hanya tentang program scholarshipnya, tetapi juga bidang studi, kiat-kiat dan hal-hal yang perlu dipersiapkan,” tegas Koordinator Tim Beasiswa Nuffic Neso Indonesia, Indy Hardono saat pelaksanaan Holland Scholarship Day (HSD) 2020 di Erasmus Huis, Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, Sabtu, 18 Januari 2020.
Indy menambahkan HSD ini merupakan one stop shopping buat semua pencari beasiswa yang ingin studi lanjut di Belanda. Di acara HSD ini Nuffic Neso Indonesia memberikan informasi dan paparan yang komprehensif tentang beasiswa sehingga proses mencari beasiswa itu bisa berjalan lebih efektif.
BACA JUGA:
- 3 Trik bagi Orangtua dalam Mendampingi Generasi Gilenial
- SMA Tarakanita Magelang Gali Talenta Milenial Lewat Tarakanita Action Days 2020
- Yuk Simak Trik Meraih Beasiswa S1 dan S2 di Luar Negeri!
- Kenapa Kamu Melanjutkan Studi ke Inggris, Inilah Alasannya!
- Tidak Jujur dan Disiplin Saat Kecil Bisa Jadi Pemicu Korupsi
“Holland Scholarship Day (HSD) menjadi satu tempat yang betul-betul bisa mengakomodasi semua segmen pencari beasiswa.”
Partisipan HSD sendiri terdiri atas perwakilan univeristas di Belanda yang memberikan informasi yang seluas-luasnya tentang bidang studi dan beasiswa, lembaga pemberi beasiswa seperti LPDP, Uni Eropa, Kementerian Agama, dan lainnya.
Scholarship ke Belanda memang banyak sekali abilitynya, tapi di sisi lain ada ketidaktahuan para pencari beasiswa untuk mendapatkanya.

“Pencari beasiswa banyak yang tidak tahu faktor-faktor penentu untuk mendapatkan beasiswa dari pemberi (lembaga pengelola beasiswa). Kami ingin menekankan mencari beasiswa itu bukan sekadar memenuhi persyaratan, tapi di atas semua itu harus menampilkan sebuah penawaran (proposition) atau profil yang menarik dan relevan dengan beasiswa yang dituju.”
Ia menegaskan beasiswa itu berbeda, meski program studi yang dilamar sama karena tujuan pemberi beasiswa tentunya berbeda. Oleh sebab itu, tentu perlu penawaran atau profil yang relevan dengan tujuan lembaga pemberi beasiswa.
“Hal ini belum banyak dipahami. Banyak pencari beasiswa berhenti ketika sudah memenuhi persyaratan, seperti IP hingga nilai kemahiran berbahasa Inggris yang mencukupi. Banyak yang berpikir itu saja sudah cukup dan akan diterima. padahal, dengan memenuhi persyaratan, sebenarnya baru mencapai satu persyaratan minimim.”
Untuk menjadi pelamar yang memiliki keunggulan atau penawaran yang menarik, imbuhnya, maka harus ada hal-hal lain yang dimasukkan ke aplikasi.
Mardi Sirait, pekerja di Serpong lulusan Fakultas Ekonomi USU mengakui acara ini cukup menarik. Ia ikut acara ini untuk melihat universitas dan beasiswa yang ditawarkan.

“Karena ikut test IELTS, secara tidak langsung melihat tesnya kayak apa dan ikut sesi talkshow dari para awardee. Secara pribadi cukup menarik,” akunya.
Hal senada diungkapkan Christina Alexandra dan Valentina Filiciani dari SMA Santa Ursula Jakarta. Christina Alexandra yang akrab disapa Sandra mengaku acara ini menarik, khususnya saat acara di auditorium: ada paparan motivation lettter.
Sementara itu, Valentina Filiciani yang biasa disapa Valent mengaku kalau ia sendiri memang ingin cari pengalaman belajar ke luar negeri.
“Presentasinya cukup menjawab pertanyaan-pertanyaan kita selama ini. Kalau dari edufarenya membantu untuk mempersiapkan karena kita masih kelas 11.” (JS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply