Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta, di Sini Karakter Sang Proklamator Terbentuk

Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta bertempat di Jalan Soekarno Hatta No. 37, Bukittinggi, Sumatra Barat. Meski bukan bangunan asli, pembangunan rumah tersebut mengikuti bentuk asli yang terekam di memoir Bung Hatta dan berbagai foto/dokumentasi milik keluarga. (KalderaNews/Arlicia)
Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta bertempat di Jalan Soekarno Hatta No. 37, Bukittinggi, Sumatra Barat. Meski bukan bangunan asli, pembangunan rumah tersebut mengikuti bentuk asli yang terekam di memoir Bung Hatta dan berbagai foto/dokumentasi milik keluarga. (KalderaNews/Arlicia)
Sharing for Empowerment

BUKITTINGGI, KalderaNews – Seorang pejuang lahir di Kota Bukittinggi pada 12 Agustus 1902. Ia adalah Bung Hatta, Sang Proklamtor Kemerdekaan Indonesia sekaligus wakil presiden pertama di Indonesia. Di rumah yang kini telah menjadi museum inilah ia lahir dan dibesarkan, Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta.

Sebagian perabotan Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta masih asli. Perabotan itu didapat dari keluarga atau kerabat. Tata letaknya pun masih mengikuti pola semula.(KalderaNews/Arlicia)
Sebagian perabotan Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta masih asli. Perabotan itu didapat dari keluarga atau kerabat. Tata letaknya pun masih mengikuti pola semula.(KalderaNews/Arlicia)

Bangunan rumah tersebut sebenarnya bukan yang sama dengan saat kelahiran Bung Hatta karena bangunan asli telah runtuh pada 1960-an. Pembangunan kembali dilakukan pada 1994-1995 untuk mengenang jasa Bung Hatta terutama bagi Indonesia.

BACA JUGA:

Dulu, Bung Hatta kecil tinggal di rumah kayu yang didirikan sekitar 1860-an itu bersama ibu, paman, kakek, dan neneknya. Ia juga belajar agama dari Syekh Djamil Djambek di rumah tersebut.

Kamar Bung Hatta saat kecil berada di paviliun belakang bangunan utama. Di kamar tersebut masih tersimpan pula sepeda ontel milik Sang Pelopor Koperasi tersebut. (KalderaNews/Arlicia)
Kamar Bung Hatta saat kecil berada di paviliun belakang bangunan utama. Di kamar tersebut masih tersimpan pula sepeda ontel milik Sang Pelopor Koperasi tersebut. (KalderaNews/Arlicia)

Saat ia bersekolah dasar di Europese Lageree School (ELS) Bukittinggi, ia juga masih tinggal di rumah tersebut. Kamarnya adalah paviliun di belakang bangunan utama. Sepeda ontel yang dulu sering ia gunakan pun masih tersimpan di kamar tersebut.

Ketika usia Bapak Koperasi Indonesia itu menginjak sebelas tahun ia tidak tinggal lagi di rumah tersebut. Ia melanjutkan pendidikan menengah di Meer Uitgebred Lager Onderwijs (MULO) atau sekolah menengah di Kota Padang.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*