Afektif, Kognitif dan Psikomotirik Saja Tidak Cukup, Rektor Kolese Kanisius: Tetapi Juga Spiritualitas

Rektor Kolese Kanisius Jakarta sekaligus Ketua Yayasan Budi Siswa, P.J Heru Hendarto SJ
Rektor Kolese Kanisius Jakarta sekaligus Ketua Yayasan Budi Siswa, P.J Heru Hendarto SJ di Kuliah Daring Ke-27 Paguyuban Dosen UI Katolik bertajuk "Meneladani St Ignatius, Menyemai Kasih di Tengah Dunia Pendidikan" pada Rabu, 12 Agustus 2020 (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Rektor Kolese Kanisius Jakarta sekaligus Ketua Yayasan Budi Siswa, P.J Heru Hendarto SJ menegaskan dunia pendidikan itu adalah dunia yang mengantar anak-anak. Dunia pendidikan itu dunia proses. Dalam proses ini anak tak hanya dibentuk dimensi afektif, kognitif dan psikomotirik, tetapi juga spiritualitas.

“Anak-anak kecil yang tumbuh dengan sejumlah pertanyaan siapakah aku. Anak yang harus tumbuh dengan seluruh nilai (values) yang dibawa di dalam keluarga. Anak yang tumbuh dan berkembang dengan potensi dan peluang masing-masing. Persoalannya adalah bagaimana dunia pendidikan ini mengantar anak-anak ini untuk masuk ke tengah dunia yang ramai dengan berbagai pilihan,” tandasnya.

Ia menambahkan, pasti di balik pilihan ada tantangan dan peluang. Oleh sebab itu, dunia pendidikan mau tidak mau diajak untuk menjawab ini.

BACA JUGA:

“Pertanyaan yang menggelisahkan saya terus-menerus adalah pedagogi seperti apa yang harus bisa menjawab ini,” akunya saat menjadi narasumber Kuliah Daring Ke-27 Paguyuban Dosen UI Katolik bertajuk “Meneladani St Ignatius, Menyemai Kasih di Tengah Dunia Pendidikan” pada Rabu pekan ini, 12 Agustus 2020.

Apalagi, harapan orang tua terhadap dunia pendidikan itu tidak hanya supaya anak memiliki kepintaran, tetapi selalu ada higher and total point of view. Orang tua ingin anaknya tidak hanya jadi anak pinter dan baik saja, pasti ada sekian banyak values yang menyeluruh.

Untungnya saja, proses pedagogi yang diwarisinya adalah proses pedagogi ignasian yang dibawa ke ruang kreativitas, reflektif dan ruang yang memberi kemungkinan-kemungkinan yang relevan sezamannya.

Lebih-lebih ia menjadi sadar bahwa dunai pendidikan itu terkait dengan sebuah proses yang tidak langsung cepat selesai, tetapi on being process, terutama kalau pendidikan itu dilihat sebagai humanisasi.

“Domensi kemanusiaan itu tak hanya mencakup afektif, kognitif dan psikomotirik, tetapi juga spiritualitas untuk konteks sekolah Katolik yang berbeda dengan religiositas (agama) namun biasa disebut sebagai api yang ada di dalamnya,” tegasnya.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*