JAKARTA, KalderaNews.com – Apakah kamu mengenal lagu ini?
Terpujilah
Wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup
Dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir
Di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Terpujilah wahai ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir didalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa
BACA JUGA:
- Inilah Isi Lengkap Pidato Mas Menteri Nadiem di Peringatan Hari Guru Nasional 2020
- Hari Guru Nasional 2020 dan HUT PGRI, Inilah Pidato Lengkap Ketua Umum PGRI
- 25 November Hari Guru Nasional, Yuk Meriahkan dengan 25 Ucapan Ini!
Ya, itulah lirik Hymne Guru. Lagu ini layak kamu nyanyikan pada hari ini, yang tepat diperingati sebagai Hari Guru Nasional.
Tapi, apakah kamu tahu sosok di balik lagu tersebut?
Ya, ialah Sartono, sang pencipta Hymne Guru. Sartono lahir di Madiun, Jawa Timur pada 29 Mei 1936. Selain sebagai pencipta lagu, Sartono juga tercatat sebagai guru di sebuah sekolah swasta di Madiun, Jawa Timur. Istrinya juga seorang guru. Ia telah meninggal pada 1 November 2015 saat berusia 79 tahun.
Sartono menciptakan Hymne Guru pada 1980-an. Ia belajar musik secara otodidak. Ia adalah guru seni musik yang belajar sendiri dari berbagai pengetahuan. Pada 1978, Sartono adalah satu-satunya guru seni musik yang bisa membaca not balok di wilayah Madiun. Bahkan karena keterbatasan alat musik yang ia punyai, Hymne Guru ia ciptakan dengan bersiul sambil menuliskan nada dan liriknya ke dalam catatan kertas.
Sartono memulai kariernya sebagai guru seni musik pada 1978. Ia adalah guru di SMP Katolik Santo Bernardus, Madiun. Sartono purnakarya dari sekolah tersebut pada 2002. Selama bertugas, gajinya sangat pas-pasan, bahkan tidak banyak, mulai dari Rp 22.000 per bulan sampai Rp 60.000 per bulan. Penghasilan tersebut disesuaikan dengan jam mengajarnya.
Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional pada 1980, Sartono mengikuti lomba mencipta lagu tentang pendidikan. Dari ratusan peserta, lagu “Hymne Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” meraih juara pertama.
Selain mendapatkan hadiah berupa uang, Sartono bersama sejumlah guru teladan dari seluruh Indonesia dikirim ke Jepang untuk studi banding.
Meskipun Sartono telah tiada, Hymne Guru tetap abadi. “Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa.”
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply