JAKARTA, KalderaNews.com – Guyonan “peraturan dibuat untuk dilanggar” sepertinya sudah menjadi kebiasaan buruk masyarakat Indonesia. Memang tidak semuanya begitu, tetapi fenomena yang kita lihat sehari-hari menggambarkan demikian.
Dalam webinar yang diselenggarakan oleh KUPUKU pada Sabtu , 27 Maret 2021 via zoom meeting dengan tema “Norma dan Peraturan sebagai Sistem Pendukung Pendidikan Karakter” Doni Koesoema A. sebagai narasumber memberikan penjelasan yang menarik.
Doni Koesoema A. adalah pemerhati Pendidikan dan pendiri Character Education Consulting.
BACA JUGA:
- Doni Koesoema A.: Keliru Bila Pendidikan di Masa Covid-19 Itu Sibuk dengan Sarana
- SD Stella Maris BSD Tanamkan Pendidikan Karakter Lewat Entrepreneur Day 2021
- 4 Cara Tanamkan Pendidikan Karakter Saat Sekolah Daring
Di awal webinar dia menyampaikan keberatan dengan guyonan jenaka itu yang justru memberikan dampak negatif dalam kehidupan bersama. Karena pada dasarnya aturan yang dibuat untuk menciptakan keteraturan dalam kehidupan bersama bukan untuk dilanggar.
Koesoema pun mengawali presentasinya dengan menjelaskan norma dan peraturan secara etimologis.
Menurutnya “norma berasal dari bahasa latin yang artinya alat ukur tukang kayu. Yang kemudian dikembangkan dalam KBBI sebagai prinsip yang mengatur tingkah laku dan cara bertindak. Norma mengacu pada moralitas, panduan perilaku manusia yang baik. Norma bisa mengacu pada nilai-nilai kearifan dalam kehidupan”
peraturan bukan untuk dilanggar.