JAKARTA, KalderaNews.com – Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono menegaskan Gerhana Bulan Total yang dikenal juga dengan Super Blood Moon akan terjadi pada Rabu, 26 Mei 2021 karena terjadi saat bulan di Perigee (Bulan berada di jarak terdekat dengan Bumi).
Gerhana Bulan adalah peristiwa terhalanginya sinar Matahari oleh Bumi, sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan, dilihat dari Bumi.
Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.
BACA JUGA:
- Piknik Supermoon dan Gerhana Bulan, Sudahkah Kebagian Tiketnya
- Inilah Penjelasan Terjadinya 4 Gerhana Bulan dan Matahari Selama 2021
- Jangan Lewatkan, Gerhana Bulan Penumbra (30 November) dan Gerhana Matahari Total (14 Desember)
Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Hal ini terjadi saat Bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat, saat puncak gerhana bulan total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah (terkenal dengan istilah Blood Moon).
Karena posisi Bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan bumi (Perigee) maka Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon.
Leave a Reply