BANDUNG, KalderaNews.com – Praktisi Pendidikan dari Sekolah Eksperimental Mangunan Yogyakarta, Dr. CB Mulyatno, Pr mengakui olimpiade-olimpiade siswa tidak menarik bagi Sekolah Eksperimental Mangunan.
“Olimpiade itu tidak kami ikuti karena anak-anak tidak membutuhkan itu. Seandainya bangga, yang bangga orangtuanya dan sekolah. Anak-anak itu mendapatkan piala nggak begitu bangga sebenarnya,” tegasnya di webinar Gebyar Santa Ursula bertajuk “Guru vs Orang Tua: Anak Tanggung Jawab Siapa?” pada Sabtu, 4 September 2021.
Ia menambahkan yang dibanggakan adalah bisa berjumpa dengan teman, bersaudara dan berkolaborasi serta menciptakan kreasi-kreasinya sendiri.
BACA JUGA:
- Melly Kiong: Sekolah Online Itu Blessing in Disguise Tangkal Laundry Generation
- 5 Langkah Mudah Mindful Parenting bagi Orang Tua di Masa Pandemi
- Yayasan Tarakanita Gelar Prosesi “Munggah Molo” Gedung Sekolah di Rawamangun
“Kami pun mengembangkan bahwa pendidikan adalah milik anak. Ini yang kami sadari terus. Pendidikan bukan milik orangtua, bukan milik guru dan bukan milik yayasan.”
Pendidikan ini milik anak. Yang utama dan pertama adalah anak. Konsekuensinya, orangtua, guru dan yayasan memikirkan kepentingan anak.
“Orangtua memikirkan anak dan terus-menerus mencari cara mendampingi yang sesuai dengan anak. Salah satu bahasa yang penting dan menjadi komitmen kami (Sekolah Eksperimental Mangunan), kami sangat minim menggunakan kata jangan, tapi menggunakan kata ayo karena anak itu butuh maju bukan dilarang.
Leave a Reply