MAGELANG, KalderaNews.com – Sistem pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan generasi penghafal serta menciptakan kesenjangan pengetahuan dan keterampilan.
Hal tersebut disampaikan Pastor A.P. Danang Bramasti SJ (Kepala Yayasan Kanisius Cabang Magelang, Ketua BKS Kedu) dalam Webinar Nasional bertajuk “Implementasi Kurikulum Prototipe Dalam Konsep Merdeka Belajar”, pada Sabtu, 12 Februari 2022.
Webinar ini digelar Yayasan Kanisius Cabang Magelang bekerja sama dengan Kupuku Indonesia dan SMP Kanisius Muntilan.
BACA JUGA:
- Menteri Nadiem Luncurkan Merdeka Belajar Episode 15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar
- Kepala BSKAP: Kurikulum Prototipe Akan Menjadi Kurikulum Nasional 2024, Begini Penjelasannya
- Kurikulum 2022, Selamat Tinggal Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa
Webinar ini diikuti sekira 300 peserta yang terdiri dari kepala sekolah dan guru, para akademisi, orang tua dan para mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia.
Webinar menghadirkan pembicara Pastor A.P. Danang Bramasti SJ (Kepala Yayasan Kanisius Cabang Magelang, Ketua BKS Kedu), Dr. Silvester Goridus Sukur, M.Pd.(Dosen Magister Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta), dan Dr. Rr. Hasti Robiasih, M.Pd. (Dosen Magister Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta).
Sementara, Daniel Ari Widhiatama, S.Pd., M.Hum. (Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mercu Buana Yogyakarta) didapuk sebagai moderator.
Pastor Danang Bramasti mengatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia selama ini menghasilkan dua hal, yaitu generasi penghafal serta kesenjangan pengetahuan dan keterampilan.
Selama ini, kata Pastor Danang Bramasti, fokus pendidikan adalah proses menghafal, meniru, ujian yang standar, dan tidak kontekstual. Situasi ini menghasilkan generasi yang tidak kreatif, pengekor, serta takut mengungkapkan ide.
“Bukan berarti bahwa menghafal itu tidak baik. Tapi menghafal perlu dilanjutkan dengan kemampuan analisa dan berpikir kritis, serta mengungkapkan ide,” kata Pastor Danang.
Pendidikan, lanjut Pastor Danang Bramasti, juga menciptakan gap atau kesenjangan pengetahuan dengan keterampilan. Ia menegaskan bahwa pengetahuan yang diperoleh dalam dunia pendidikan tidak cukup untuk memberikan solusi-solusi aplikatif dalam membaca dan menangani persoalan sosial di sekitarnya.
“Maka, sekolah perlu memberikan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang kontekstual dengan lingkungan sekitarnya,” kata Pastor Danang Bramasti.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu


Leave a Reply