Wregas Bhanuteja, Sang Sutradara Budi Pekerti, Lulusan Kolese de Britto Yogyakarta

Wregas Bhanuteja, sutradara Budi Pekerti. (Ist.)
Wregas Bhanuteja, sutradara Budi Pekerti. (Ist.)

JAKARTA, KalderaNews.com – Sutradara asal Yogyakarta, Wregas Bhanuteja, kembali menghadirkan karya terbarunya tahun ini, Budi Pekerti.

Film Budi Pekerti disebut akan mengulang sukses film panjang pertama Wregas bertajuk Penyalin Cahaya (2021).

Bahkan, film terbaru Wregas ini telah mengantongi 17 nominasi di Festival Film Indonesia (FFI) 2023 atau yang terbanyak di tahun ini.

BACA JUGA:

Sinema ini diperankan para aktor ternama, seperti Angga Yunanda, Prilly Latuconsina, Sha Ine Febriyanti, serta Dwi Sasono.

Budi Pekerti telah tayang perdana secara global alias world premiere di Toronto International Film Festival 2023, serta di bioskop sejak awal bulan ini.

Pesan Budi Pekerti

Film Budi Pekerti mengambil setting Yogyakarta selama masa pandemi Covid-19.

Dikisahkan seorang guru Bimbingan Konseling (BK) bernama Bu Prani yang terlibat perselisihan di pasar, dan kejadian tersebut direkam, lantas viral di media sosial.

Beragam perundung pun langsung menerpa sosok Bu Prani. Bahkan kariernya sebagai seroang guru pun terancam.

Keluarganya pun ikut terdampak perundungan di media sosial tersebut. Identitas mereka menjadi incaran kesalahan dan kecaman.

Sutradara Wregas menyodorkan pesan kuat tentang perundungan di media sosial yang kini menjadi realita dalam masyarakat kita.

Lulusan Kolese de Britto

Raphael Wregas Bhanuteja merupakan sineas muda asal Yogyakarta yang lahir pada 20 Oktober 1992.

Wregas adalah lulusan dari SMA De Britto Yogyakarta. Sejak SMA, ia telah mencipta karya-karya sinema.

Total ada 10 film pendek sederhana yang sudah dibuat oleh Wregas semasa SMA. Salah satunya berjudul “Aku”, yang berhasil meraih prestasi di Kompetisi Film Pendek Psymotion.

Dia meneruskan pendidikan di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Selama kuliah, Wregas membuat beberapa karya film pendek.

Pada 2013, Wregas magang bersama Riri Riza, dan menjadi asisten sutradara ketiga dalam film Sokola Rimba (2013).

Film pendek karyanya, Lemantun (2014) berhasil meraih beberapa penghargaan dalam Festival Film Pendek XXI 2015 dan Apresiasi Film Indonesia 2015.

Setahun kemudian, karya Lembusura (2014) masuk seleksi di Berlin International Film Festival 2015.

Sementara, film pendek Prenjak (2016) juga mendulang berbagai penghargaan, mulai dari ajang Festival Film Cannes, Festival Film Internasional Melbourne, SGIFF Silver Screen Award, dan hingga Festival Film Indonesia.

Pada 2019, Wregas kembali dengan film pendek berjudul Tak Ada yang Gila di Kota Ini (2019). Film ini berhasil meraih Piala Citra FFI 2019 sebagai Film Pendek Terbaik.

Debut film panjang Wregas dimulai dalam karya Penyalin Cahaya (2021).

Film ini berhasil mendominasi Festival Film Indonesia (FFI) dengan mendulang 12 Piala Citra dari 17 nominasi.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*