Belajar Jurnalisme Bisnis dari Ida Tarbell

Sharing for Empowerment
  1. Menghayati nature topik yang diliputnya.
    Dunia perminyakan tidak asing bagi Ida Tarbell. Kedua orangtuanya sempat menerjuni bisnis ini dan merupakan salah satu usahawan yang tersingkir oleh praktik bisnis Standard Oil. Oleh karena itu, Ida Tarbell mengenal dari dekat bisnis ini. Hal itu sangat membantunya dalam menggali dan memilah informasi untuk membuat laporan jurnalistiknya. Jadi, jurnalis bisnis harus dapat menghayati nature topik tulisannya.
  2. Sikap kritis terhadap segala sesuatu yang ‘terlalu.’
    Bersikap kritis terhadap segala sesuatu yang terlalu besar, terlalu cepat, terlalu indah, sesungguhnya adalah sikap alamiah pembaca rasional. Dan sikap demikian menjadi lebih krusial bagi para jurnalis sebab merupakan titik tolaknya untuk mempertanyakan segala sesuatu yang terlalu itu.
  3. Peka terhadap Ketidakadilan.
    Ida Tarbell hidup di sebuah era yang di AS disebut Era Progressif (1890-1920-an). Ini adalah era meluasnya aktivisme sosial dan tuntutan reformasi politik. Isu-isu ketidakadilan sangat mencuat, seiring dengan pesatnya industrialisasi, urbanisasi, imigrasi dan diikuti oleh korupsi. Di lapangan bisnis, dirasakan sangat menonjol dominasi dan persekongkolan perusahaan-perusahaan besar dalam mengembangkan pangsa pasar. Ida Tarbell termasuk wartawan yang berada pada arus progresif ini. Kepekaannya terasah di masa ini.
  4. Menggali Informasi Secara Mendalam.
    Menggali data dengan menyelidiki arsip dan dokumen-dokumen barangkali sudah sangat lazim bagi wartawan dewasa ini. Namun, di zaman Ida Tarbell, hal itu masih asing. Ia menjadi pelopor jurnalisme berbasis data dan dokumen, yang kemudian ia kembangkan dengan cara mengkonfirmasinya kepada pihak-pihak terkait.
    Ini bukan pekerjaan ringan. Tidak pula kecil risikonya. Gaya investigatif Ida Tarbell oleh para penentangnya secara peyoratif dijuluki dengan istilah muckracking. Ia diibaratkan sebagai seseorang yang memiliki kegemaran dan bahkan kesenangan mengorek-ngorek ‘kotoran’. Tidak kurang dari Presiden AS saat itu, Theodore Roosevelet, mengeluarkan sindiran atas gaya investigasi Ida Tarbell.
    Kendati menghadapi banyak tentangan, metode investigasi Ida Tarbell terbukti memiliki sumbangan besar bagi perkembangan JB. Metode investigasi berbasis dokumen terus dipakai dan berkembang hingga saat ini. Salah satunya yang paling mutakhir adalah pengungkapan Panama Papers oleh International Consortium of Investigative Journalism (ICIJ) pada tahun 2016.
  5. Meraih Kepercayaan Narasumber.
    Ida Tarbell menjalin relasi yang dekat dengan beragam narasumber termasuk dengan orang-orang dalam Standard Oil. Dia berhasil mendapatkan kepercayaan mereka, yang oleh wartawan lain tidak diperoleh. Kepercayaan sumber-sumber penting itu memberi akses kepadanya untuk memperoleh dokumen-dokumen yang penting. Lebih dari itu, sumber-sumber tersebut juga membantunya menafsirkannya.
  6. Tekun dan Terjun,
    JB membutuhkan ketekunan dan keterlibatan. Dengan ketekunan, fakta dan data dapat diurai dan dipahami. Selanjutnya dituntut keterlibatan langsung (engagement). Ida Tarbell terjun langsung untuk melakukan liputan, mengumpulkan bahan, mewawancarai narasumber dan menulis laporan-laporannya. Ia bahkan sampai harus melepas jabatannya sebagai desk editor McLure’s Magazine demi memusatkan tenaga dan perhatian pada kasus Standard Oil.
  7. Berimbang.
    Liputan-liputan Ida Tarbell sering dinilai merupakan serangan pada Standard Oil. Namun pada kenyataannya, menurut Weinberger, Ida Tarbell menulis kasus itu secara berimbang tanpa bias pada pandangan subjektif penulisnya. Aspek-aspek baik dari Standard Oil tetap diketengahkan. Ida Tarbell juga memberi ruang bagi pihak Standard Oil untuk berbicara, sayangnya mereka lebih memilih menggunakan jasa Public Relations untuk menangani isu ini.
  8. Institusi yang Mendukung.
    Keberhasilan Ida Tarbell mengungkap praktik monopoli Standard Oil tidak dapat dipisahkan dari dukungan institusi dia bekerja, yaitu McLure’s Magazine. Pemilihan Standard Oil sebagai topik berita dan investigasi mereka diputuskan lewat kesepakatan redaksi kendati gagasannya berasal dari Ida Tarbell.

Kebijakan redaksi McLure’s Magazine ketika itu ialah mengangkat isu-isu persekongkolan di dunia bisnis yang dipandang sebagai salah satu ‘penyakit sosial.’ Ada beberapa topik yang diunggulkan, termasuk persekongkolan di industri baja dan industri gula. Dikarenakan Ida Tarbell lebih memahami industri minyak (dengan latarbelakang dirinya yang berasal dari Pennsylvania) akhirnya topik tentang Standard Oil terpilih untuk diusulkan kepada pimpinan tertinggi. Ida Tarbell terbang ke Eropa untuk menemui S.S. McLure, pimpinan tertinggi majalah tempat ia bekerja sekaligus pemiliknya. Ia menyajikan rencana investigasi tersebut dan disetujui.

Dukungan institusi sangat penting tetapi juga kerap menjadi hambatan bagi seorang jurnalis. Ada kalanya institusi memiliki konflik kepentingan sehingga tidak memberikan dukungan yang memadai.

* Eben E. Siadari adalah alumni Advanced Course for Practical Journalism, Thomson Foundation, Cardiff Wales, bekerja sebagai penulis dan trainer kepenulisan, buku karyanya antara lain Esensi Praktik Menulis (2019), tinggal di Jakarta




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*