Inilah 8 Buku yang Berkisah Tentang Kartini, Pramoedya Pun Menulis

Sharing for Empowerment

Kartini, Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan Suaminya (1989)

(foto.Ist.)

Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya (1979) juga digunakan Sulastin Sutrisno sebagai bahan penulisan buku dengan tema spesifik. Tema-tema tersebut mengambil surat-surat yang dikirimkan Kartini kepada keluarga Abendanon. Oleh penerbit Djembatan, buku ini diberi judul “Kartini, Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan Suaminya.”

Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904 (1992)

(foto. Ist.)

Joost Coté menerjemahkan seluruh surat asli yang ditujukan kepada Abendanon-Mandri, termasuk surat-surat yang tak pernah dipublikasikan dalam Door Duisternis Tot Licht. Dari 108 surat yang diterjemahkan, Coté juga menampilkan 46 surat yang dibuat adiknya Rukmini, Kardinah, Kartinah, dan Soematrie.

Panggil Aku Kartini Saja (1962)

(foto. Ist.)

Butuh waktu lima tahun, 1956-1961, bagi sastrawan Pramoedya Ananta Toer untuk menuliskan kisah Kartini. Dalam novel berjudul “Panggil Aku Kartini Saja”, Pramoedya mengulik kecerdasan dan keberanian Kartini yang mungkin tidak terpikirkan perempuan lain pada masa itu. Gagasan nilai yang disebutkan dalam surat-surat kepada temannya menjadi bagian terpenting buku ini. Pramoedya juga menyinggung sejumlah karya seni yang dibuat Kartini, seperti batik dan lukisan.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*