
CIBINONG, KalderaNews.com – Nama lengkapnya Puspita Lisdiyanti. Tugasnya di tengah Covid-19 ini tidak ringan. Ia kini menjadi Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di LIPI sejak Maret 2020 lalu. Lilis, sapaan akrabnya adalah Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.
Perempuan kelahiran Yogyakarta, 14 Agustus 1967 ini bertanggung jawab mengkoordinasikan seluruh sumber daya LIPI untuk mendukung tugas-tugas instansi terkait percepatan penananganan Covid-19 seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Tugas pertamanya adalah melakukan pengumpulan semua proposal riset di satuan kerja LIPI yang berhubungan dengan penanganan COVID-19 lalu mengevaluasi dan mengklasifikasinya apakah dapat dicapai dalam jangka panjang, jangka menengah atau jangka panjang.
BACA JUGA:
- Keren, Pemuda Asal Solo Ini Diterima Kuliah di 11 Universitas Amerika Serikat
- Guru Ini Sumbangkan Gajinya kepada Negara Atasi Covid 19 dan Ajak PNS Lainnya Lakukan Hal Serupa
- Guru dari Semarang Ini Masuk Nominasi Finalis Global Teacher Prize 2020 Berhadiah Rp15 Miliar
- Selamat Jalan Kak Glenn Fredly, Salut! Jadi Penyanyi Profesional Sejak Lulus SMA
- Ibunda Jokowi, Sujiatmi Notomiharjo: Satu-satunya Anak Perempuan yang Sekolah di Desanya
Tugas kedua yaitu meningkatkan kapasitas pemahaman untuk penanganan Covid-19. Sejak 26 Maret lalu LIPI mengadakan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan SDM terlatih dalam penanganan mikroorganisme patogen semacam Covid-19 seperti pemahaman aspek biosafety dan biosecurity. Pelatihan diikuti 850 peserta yang akan dijadikan tim untuk deteksi virus Covid-19 berdasarkan Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
Tugas ketiga adalah menyiapkan sumber daya seperti Laboratorium Biosafety Level-3. Atas dukungan berbagai pihak dalam waktu satu bulan ini telah dihasilkan beberapa produk seperti alat-alat sterilisasi berbasis ultra violet dan ozon.
“Dalam waktu dekat akan dilalukan deteksi virus COVID-19, uji klinis imunomodulator berbasis herbal Indonesia, alat ventilator, dan whole genome sequencing,” jelas sepertidikutip situs resmi LIPI.
Seperti apa sosok Srikandi di LIPI ini? Ternyata, ia menyelesaikan seluruh jenjang pendidikannya di Jepang. Ia memulai dengan Diploma Bahasa Jepang di Takushoku University (1987-1988), kemudian mengambil Agricultural Chemistry di Tokyo University of Agriculture and Technology (1988-1992) untuk gelar sarjana. Semuanya diperoleh dengan dukungan beasiswa Overseas Fellowship Program (OFP) yang digagas mendiang presiden ketiga Indonesia, B.J Habibie.
Seusai studi, ia bergabung di LIPI. Selanjutnya pada 1997 hingga 1999, ia melanjutkan jenjang magister Applied Biology and Chemistry di Tokyo University of Agriculture yang dilanjutkan ke jenjang doktoral di universitas yang sama hingga tahun 2003.
Atas kerja kerasnya, Lilis menerima beberapa penghargaan, diantaranya Young Scientist Award dari Japanese Society of Culture Collection, Jepang (2004), Peneliti Unggul LIPI (2005), dan 100 Perempuan Peneliti Berprestasi di Indonesia dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (2010).
Selain itu, hasil penelitiannya terekam dalam publikasi sebanyak 38 jurnal internasional, 33 jurnal nasional, satu bab di buku internasional, tiga buku nasional, empat bab di buku nasional, 50 prosiding internasional dan nasional, dan 10 paten yang dua diantaranya telah tersertifikasi.
Ia menikah dengan Haryo Pramono dan kini dikaruniai tiga orang anak yaitu, Anindita Nofarida, Bima Radhityo, dan Connie Kusumawardhani. Sebagai seorang perempuan, ibu rumah tangga, sekaligus seorang peneliti, ia berusaha menjalankannya secara seimbang.
“Pada periode kerja dari rumah ini, hampir seluruh koordinasi lakukan dari rumah sehingga saya dapat memantau belajar anak-anak dan menyelesaikan urusan rumah tangga secara bersamaan,” ujarnya.
Bagi Lilis, melakukan pekerjaan rumah tangga merupakan hiburan yang menyenangkan di tengah kesibukan meneliti. Suami dan anak-anaknya pun memahaminya karena ia selalu berbagi cerita sehingga mereka dapat mendukung. Selain itu, dirinya juga membiasakan untuk berdiskusi. “Bagi saya, izin dan dukungan keluarga adalah nomor satu,” pungkasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply