
BANDUNG, KalderaNews.com – Chief Marketing Officer PT. Moduit Digital Indonesia, Stefanus Adi Utomo menegaskan “Sandwich Generation” atau generasi yang terhimpit karena menanggung biaya hidup generasi di atasnya (orang tua) dan generasi di bawahnya (anak-anak) menghantui milenial saat ini karena kegagalan perencanaan keuangan yang tepat.
Hal ini ditegaskannya saat menjadi narasumber webinar di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Unpar bertajuk “Personal Finance 101: Bikin Rencana, Bukan Bencana” baru-baru ini. Webinar ini merupakan bagian dari Webinar Finance Series yang digarap oleh Prodi Ilmu Administrasi Bisnis Unpar.
Generasi yang terhimpit akan semakin berisiko untuk menghadapi beban finansial yang lebih besar karena penyebaran Virus Corona kali ini dan kondisi ini akan mendatangkan bencana bagi individu yang tidak melakukan perencanaan keuangan pribadi dengan baik.
BACA JUGA:
- Bikin Ngakak, Kang Emil Tuh Gubernur dengan Follower IG Lebih dari Penduduk Swedia
- 4 Tip Kece Membangun Personal Branding buat Milenial dari Wakil Rektor 3 LSPR Jakarta
- Ya Ampun, Begini Ini To Susahnya Nyari Indekos di Belanda!
- Housing dan Family Allowance, Masalah Paling Pelik bagi Awardee LPDP
Karena itu, milenial wajib memiliki perencanaan keuangan yang baik, Menurutnya ada 4 tahap perencanaan keuangan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi bencana keuangan tersebut.
Keempat perencanaan keuangan tersebut adalah:
1. Bedakan kebutuhan vs keinginan
Stefanus menekankan pentingnya memahami situasi keuangan pribadi dengan memposisikan asset atau piutang yang dimiliki berdasarkan standar rasio finansial dan arus kas pribadi. Ia juga menekankan pentingnya menyadari perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, ketika membahas mengenai situasi keuangan pribadi. “Ada pula mindset yang harus kita ubah, yaitu kita harus menyisihkan di awal, bukan menyisakan di akhir dari arus kas keuangan kita,” ujarnya.
2. Tetapkan tujuan keuangan
Menetapkan tujuan keuangan yang baik yakni dengan membagi tujuan ke dalam tiga bagian, yakni tujuan jangka pendek (seperti anggaran berlibur), jangka menengah (seperti biaya pendidikan anak atau pribadi) dan jangka panjang (seperti keuangan pensiunan).
3. Menyusun strategi keuangan
Dalam menyusun strategi keuangan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan pribadi. Stefanus memberikan contoh strategi keuangan yang dibagi ke dalam biaya kebutuhan pokok, dana darurat, hiburan serta investasi. Selanjutnya, strategi untuk menabung saja tidak cukup dikarenakan keadaan yang disebut sebagai time value of money, yang merupakan perubahan daya beli dari nilai uang tertentu akibat tingkat inflasi yang terus menggerus nilai mata uang dari waktu ke waktu.
4. Implementasi rencana strategi keuangan pribadi
Ia lantas memberikan tip untuk memulai investasi yang dapat digunakan untuk menyokong dana darurat. Peserta diajak untuk mengenal profil risiko investasi terlebih dahulu yang dibagi menjadi konservatif, moderat, dan agresif berdasarkan tingkat risiko investasinya. “Ingat, investasi itu sifatnya high risk, high return. Jadi, jangan mau diiming-imingi oleh imbal yang tinggi tanpa adanya risiko,” tambahnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply