Mengenal Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematangsiantar, Sekolah Calon Imam Katolik yang Siswanya Semua Laki-Laki

Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematangsiantar Sumatera Utara
Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematangsiantar Sumatera Utara
Sharing for Empowerment

PEMATANG SIANTAR, KalderaNews.com – Seminari Menengah adalah sekolah setingkat SMA yang hanya diperuntukkan bagi laki-laki yang ingin menjadi imam Katolik. Sebagai sekolah calon imam Katolik, tentu semua siswanya beragama Katolik. Namun karena setingkat SMA, sekolah ini juga mengadopsi kurikulum nasional.

Salah satu di antara beberapa Seminari Menengah di Indonesia adalah Seminari Menengah (SM) Christus Sacerdos Pematangsiantar, Sumatera Utara. Salah satu pengajar, Romo Ellio Sihombing OFMCap menceritakan, siswa seminari tinggal di asrama selama menjalani studi. Namun di SM Chirtus Sacerdos, asrama ini dinamakan domus, dari bahasa Latin yang berarti ‘rumah’.

Karena tinggal di “rumah” maka para siswa seminari ini juga bertanggung jawab mengurus dan membersihkan tempat tinggal mereka, yaitu asrama tempat mereka hidup selama menempuh pendidikan di seminari.

BACA JUGA:

Romo Ellio mengatakan, semua siswa seminari laki-laki karena untuk menjadi imam Katolik memang hanya bisa untuk seorang laki-laki. Di tempat ini, siswa hidup dengan bahagia sebagai “keluarga”.

SM Chirtus Sacerdos memiliki dua jurusan IPA dan IPS sama dengan sekolah-sekolah lain. Namun, karena ingin menjadi imam, lanjut Romo Ellio, mereka juga mulai dilatih cara hidup sebagai imam atau biarawan Katolik.

“Kadang siswa juga mengeluh kenapa mereka harus belajar mata pelajaran umum, sementara mereka ingin menjadi imam. Namun karena para siswa juga bersekolah setingkat SMA, maka mereka wajib juga untuk belajar matapelajaran sesuai dengan kurikulum nasional,” ujar Romo Ellio, saat berbicara dalam webinar di Channel Youtube Katolikana, Jumat, 30 Juli 2021.

Romo Ellio menuturkan ada moto yang selalu dipegang setiap siswa seminari yaitu Scientia (Pengetahuan), Sanctitas (kekudusan), Sanitas (kesehatan), dan Societas (komunitas). Dengan empat prinsip ini menjadi jelas, bahwa para siswa tidak saja belajar tentang ilmu-ilmu umum, namun para siswa juga belajar keutamaan-keutamaan rohani sebagai persiapan menjadi seorang imam.

Salah satu ciri khas seminari adalah adanya mata pelajaran bahasa Latin. Hal ini karena dalam untuk menjadi seorang imam, seseorang sering kali diharuskan memahami ungkapan-ungkapan dalam bahasa Latin. Dengan belajar bahas ini, maka siswa dapat mempersiapkan diri untuk jenjang berikutnya sebagai tahapan menjadi imam Katolik.

“Mereka di sini belajar bahasa Latin. Ini juga cukup menantang, bahkan lebih menantang dibanding belajar matematika,” ujar Romo Ellio.

Namun, Romo Ellio juga menceritakan, tidak semua guru yang mengajar di seminari adalah seorang laki-laki. Ia mengatakan, saat ini kepala sekolah SM Christus Sacerdos justru adalah seorang biarawati atau seorang perempuan. Hal ini karena seminari juga melihat pentingnya peran perempuan dalam pendidikan.

“Wanita memiliki sifat keibuan yang diperlukan juga dalam Pendidikan. Ini yang menajadi alasan mengapa ada pengajar wanita di seminari,” ujarnya.

Romo Ellio mengatakan, memang diharapkan siswa seminari pada akhirnya akan menjadi imam atau biarawan Katolik. Namun, bagi yang akhirnya memilih untuk tidak menjadi imam, saat lulus dari seminari mereka pernah didik dengan disiplin menjadi manusia yang disiplin.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*