Ratih Ibrahim di Webinar Parenting Tarakanita Sebut Urgensi Pembelajaran Tatap Muka

CEO & Founder Personal Growth, Ratih Ibrahim, M.M di webinar parenting "Bijak Menjadi Orang Tia di Era Kehidupan Baru" yang diselenggarakan Yayasan Tarakanita pada Jumat, 10 Desember 2021.
CEO & Founder Personal Growth, Ratih Ibrahim, M.M di webinar parenting "Bijak Menjadi Orang Tia di Era Kehidupan Baru" yang diselenggarakan Yayasan Tarakanita pada Jumat, 10 Desember 2021 (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Pembalajaran daring (dalam jaringan) hingga kini masih banyak dijalani anak-anak Indonesia karena pandemi Covid-19. CEO & Founder Personal Growth, Ratih Ibrahim, M.M pun mengakui kalau sekolah daring itu memiliki dampak yang tidak ringan.

“Dulu dari tatap muka ke daring bukan tanpa impact pada anak. Dari tatap muka lansung ke daring dulu stres, sekarang udah biasa daring diminta luring atau ketemu langsung stres,” tegasnya di webinar parenting “Bijak Menjadi Orang Tia di Era Kehidupan Baru” yang diselenggarakan pada Jumat, 10 Desember 2021.

BACA JUGA:

Ratih berpandangan sekolah daring di rumah memberikan dampak yang menghawatirkan karena ternyata menurut survei KPAI 2020 anak-anak justru kebanyakan nonton TV, tidur, mendengarkan musik, nonton youtube, main game dll.

Dampak sekolah daring di rumah pada anak tersebut yakni anak merasa media pembelajarannya tidak familiar atau mudah (terutama saat transisi dari belajar luring ke daring), sulit untuk membedakan tempat belajar dengan tempat istirahat serta anak kesulitan untuk fokus (banyak distraksi di rumah).

Namun seiring menurunnya kasus Covid-19, pemerintah mulai menginisiasi pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka urgen dilakukan mengingat dampak pembelajaran daring yang banyak kekurangannya.

Urgensi pembelajaran tatap muka dilakukan, yakni karena anak kehilangan kesempatan belajar, kritisnya kondisi psikologi anak terutama dalam aspek psikososial, menurunnya motivasi dan pencapaian belajar anak dan banyak anak yang terpaksa putus sekolah karena keterbatasan akses terhadap teknologi.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*