BANDUNG, KalderaNews.com – Bandung memiliki dua sumber mata air terbesar yang bersejarah karena sudah berusia satu abad. Kedua sumber mata air yang disebut warga setempat sebagai ledeng tersebut adalah Gedong Cai Tjibadak dan Cikendi.
Gedong Cai Tjibadak dan Cikendi ini diinisiasi oleh Wali Kota Bandung berkebangsaan Belanda, Bertus. Orang Belanda waktu itu berpikir sumber air itu harus mata air dan menggunakan air tanah. Dengan mengambil dari mata air, mereka mengharapkan air bisa langsung diminum.
Peneliti Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Fajar Lubis baru-baru ini mengatakan Belanda berburu mata air dengan melakukan pemetaan kemungkinan mata air yang ada di Bandung Raya untuk dialirkan ke ke kota.
BACA JUGA:
- Simak, Begini Asal Mula dan Makna Penamaan Bulan Dalam Kalender Masehi
- Misteri di Balik Batu Penggilingan Abad Ke-18 di Balai Budaya Condet dan Museum Sejarah Jakarta
- Keindahan dan Pesona Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Semarang pada Siang dan Malam Hari
Dari sanalah dibangun Gedong Cai Tjibadak, Cikendi, dan beberapa sumur penampung air (reservoir) lainnya untuk mengalirkan air ke warga Bandung. Saat ini, tak kurang ada 80 mata air yang dibangun di Kota Bandung.
Adapun jumlah debit air di kedua sumur penampungan tersebut kian berkurang. Fajar mencatat, saat awal dibangun Gedong Cai Tjibadak dapat menghasilkan 75 liter air per detik. Kemudian, saat diserahkan ke Perusahaan Air Minum (PAM) pada 1977 itu 55 liter air per detik. Sekarang, jumlah air yang mengalir hanya 22 liter per detik.
Leave a Reply