![Melva Herlina Manalu Vice Principal PENABUR Primary Kelapa Gading, Melva Herlina Manalu](https://www.kalderanews.com/wp-content/uploads/2022/06/Melva-Herlina-Manalu-600x381.jpg)
JAKARTA, KalderaNews.com – Melva Herlina Manalu adalah satu-satunya guru asal Indonesia yang terpilih ikut program Teacher Liaison 2022 yang diselenggarakan oleh Space Foundation di Amerika.
“Tahun ini yang diterima ada 26 guru dari berbagai negara. Saya satu-satunya dari Indonesia,” tegas Vice Principal of Academics di PENABUR Primary Kelapa Gading pada KalderaNews.
Ia menjelaskan program Teacher Liaison dari Space Foundation adalah program training untuk para guru yang punya ketertarikan khusus pada space exploration dan education. Program ini terbuka untuk semua guru.
BACA JUGA:
- Biografi Singkat Pratiwi Sudarmono, Astronot NASA Wanita Pertama dari Asia
- Ini Syarat yang Mau Jadi Astronot di NASA
- Ini Penyebab Banyak Astronot Berperilaku Aneh Setelah Kembali ke Bumi
Melva Herlina Manalu sendiri tercatat sebagai guru kedua asal Indonesia yang ikut program ini. Sebelumnya sudah ada guru IPA asal Jawa Barat bernama Jessica Hostiadi.
“Orang pertama yang gabung di Space Foundation juga seorang guru. Saya duluan ikut Space Academy, sekarang dia yang duluan masuk Space Foundation,” terangnya.
Kedua guru ini termasuk di antara lebih dari 200 guru dari seluruh dunia yang menerima beasiswa untuk program Honeywell (NYSE: HON) yang disebut Honeywell Educators @ Space Academy (HESA).
Digagas dalam kemitraan dengan US Space & Rocket Center (USSRC), Honeywell (NYSE: HON) mengembangkan program beasiswa untuk membantu para guru matematika dan sains sekolah menengah agar menjadi pendidik yang lebih efektif dalam sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
Melva Manalu sendiri sudah dua kali ke Amerika untuk ikut Space Camp Academy (Alabama, USA – 2014) dan Green Boot Camp (San Diego, USA – 2016).
“Pada 2014 saya ikutan Space Academy di Alabama untuk mendalami tentang luar angkasa. Itu adalah pertama kalinya saya bertemu astronot langsung dan guru-guru dari seluruh dunia yang tertarik dengan ilmu tentang ruang angkasa,” tegasnya.
Sejak itu ia pun sangat termotivasi untuk mengedukasi orang lain tentang ruang angkasa karena pengalaman itu sangat memengaruhi caranya mengajar sehingga materinya mudah dipahami peserta didik.
“Pada 2014 itu saya pergi ke sana mendalami eksplorasi tentang ruang angkasa, simulasi tentang astronot yang roket, mendarat, melayang hingga simulasi jalan di bulan. Saya ikutan itu.”
Sayangnya, pada 2022 ini melalui program Teacher Liaison 2022 yang diselenggarakan oleh Space Foundation, ia hanya bisa mengikutinya secara online.
“Saya diterima 2022, jadi tidak pergi ke Colorado dan hanya ikut secara online.”
Kendati demikian, ia mengaku tetap mendapatkan banyak ilmu baru.
![Vice Principal PENABUR Primary Kelapa Gading, Melva Herlina Manalu mengajar science di dalam kelas dengan baju astronot](https://www.kalderanews.com/wp-content/uploads/2022/06/IMG-20220613-WA0005-700x382.jpg)
Ada banyak inspirasi dari astronot yang menjadi pembicara. Mereka menyampaikan peran para pendidik yakni bagaimana cara empower orang lain tentang leadership, ketekunan dan segala macamnya dengan menggunakan pengetahuan untuk menginspirasi orang lain.
“Setelah saya diterima pada 2022 ini, saya dapat training dan kepesertaan yang seumur hidup. Sayangnya, tahun ini saya tidak bisa ke US. Kalau tahun depan ada kesempatan, saya akan ke US ikut exibition, workshop dan acara lainnya di Colorado,” jelasnya.
Dengan ilmu yang diperolehnya ini, ia pun mengaku kalau pembelajarannya di kelas naik level. Pembelajaran tidak yang biasa-biasa saja.
“Anak-anak pikir saya astronot beneran karena saat mengajar di kelas pakai baju astronot yang warna biru itu,” terangnya.
Cara mengajar yang demikian tentu bukan tanpa alasan. Ia berharap salah satu muridnya, dimana pun di Indonesia, bisa jadi astronot.
Harapan yang sama juga disampaikan para mentornya saat di Amerika, yakni agar setelah pulang ke Indonesia ia bisa memotivasi dan mendidik para siswa agar mau jadi astronot.
“Ini yang menggugah saya, sehingga makin senang dengan space exploration. Saat terpilih ikut program Space Foundation, saya pun makin percaya diri mengajar orang lain yakni para guru dalam mengajar space exploration, supaya Indonesia nantinya punya astronot.”
“Yang aku amati, saat anak SD ditanya mau jadi astronot, kita sebagai orangtua hanya ngerasa kalau itu nggak mungkin. Beda tuh misal di Amerika, ditanya mau jadi astronot maka mengarahkannya mudah,” pungkasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply