JAKARTA, KalderaNews.com – BMKG menyatakan bahwa puncak musim hujan bakal terjadi pada medio Januari – Februari 2025. Tetap waspada bencana hidrometeorologi!
Demikian ditegaskan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita.
“Fenomena La Nina yang lemah diperkirakan akan berlanjut hingga awal tahun 2025, menyebabkan suhu perairan Indonesia lebih hangat dari rata-rata, yang pada gilirannya meningkatkan pembentukan awan hujan,” katanya.
BACA JUGA:
- 28 Provinsi Ini Berpotensi Kena Dampak Bencana Hidrometeorologi Menurut BMKG, Cek Sekarang!
- Hati-hati! Waspada Cuaca Ekstrem dan Bencana Hidrometeorologi, Berikut Imbauan BMKG
- Cek Yuk! Fenomena Astronomi Sepanjang November 2024, Ada Hujan Meteor Paling Terang Lho!
Wilayah dengan curah hujan tinggi
Prediksi BMKG, sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan tinggi pada awal 2025.
Ini disebabkan penyimpangan suhu muka laut di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, serta perairan Indonesia.
Di samping itu, penyimpangan suhu itu berkaitan dengan fenomena La Nina serta Indian Ocean Dipole (IOD) yang turut memengaruhi distribusi hujan.
Nah, berdasar data BMKG, sebanyak 67 persen wilayah di Indonesia berpotensi alami curah hujan tinggi lebih dari 2.500 mm per tahun. Bahkan, beberapa daerah diprediksi mencapai 5.000 mm per tahun.
Wilayah yang diprediksi bakal mengalami curah hujan tinggi adalah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Sedangkan, 15 persen wilayah lain diperkirakan alami curah hujan di atas normal, dan hanya 1% wilayah yang alami curah hujan rendah, seperti Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Siap-siap bencana hidrometeorologi
Maka, Dwikorita mengimbau masyarakat agar terus waspada, lantaran situasi iklim beberapa bulan ke depan bakal meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi.
Potensi bencana yang bisa terjadi berupa banjir, tanah longsor, serta angin kencang.
“Wilayah yang rawan banjir dan longsor harus waspada, terutama daerah yang berada di lereng gunung api. Hujan dengan intensitas sedang pun bisa menyebabkan banjir lahar yang berpotensi merusak,” paparnya.
So, Dwikorita mengajak seluruh masyarakat dan pemerintah terus memantau informasi cuaca untuk mengambil langkah mitigasi bencana.
Melalui data yang tersedia, kata Dwikorita, potensi dampak bencana bisa dikurangi.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply