
“Semuanya ini kuceritakan karena rasa terimakasih, sebab dalam rumah ini Allah melimpahkan rahmatNya….” (EG 44)
BENGKULU, KalderaNews.com – Kamis, 19 Desember 2024 menjadi hari bersejarah bagi Komunitas Yayasan Tarakanita Wilayah Bengkulu dan Klinik Pratama Sint Carolus Bengkulu.
Dalam rangka merayakan Jubile 95 tahun kehadiran para Suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus (CB) dan kerasulan karya pendidikan di Bengkulu, diselenggarakan kegiatan Napak Tilas dengan tema “Membawa Cinta Mengukir Bestari.”
Kegiatan yang berlangsung dari pukul 07.30 hingga 10.00 WIB ini menjadi momen refleksi dan peringatan akan perjalanan panjang karya pelayanan para suster CB di Bengkulu.
BACA JUGA:
- Pemberdayaan Masyarakat oleh Tarakanita Bengkulu, Membuat Eco Enzyme untuk Lingkungan Lebih Baik
- Miris! Gubernur Bengkulu Sunat Gaji Guru Honorer 1 Juta Per Orang untuk Keperluan Dirinya Maju Pilkada
- Hari Studi Pembantu Pelaksana (HSPP) Tarakanita Bengkulu, Tingkatkan Pengetahuan dan Kesiapsiagaan Bencana
Acara dimulai di Aula SD Sint Carolus, yang menjadi titik keberangkatan. Seluruh peserta, yang terdiri dari karyawan Yayasan Tarakanita Wilayah Bengkulu dan karyawan Klinik Pratama Sint Carolus, berkumpul dalam suasana penuh semangat dan kebersamaan. Sebanyak delapan kelompok kecil telah dibentuk sebelumnya untuk mempermudah jalannya kegiatan.
Pembukaan diawali dengan doa bersama. Selanjutnya, Suster Margriet Sutrinah CB, Kepala Kantor Yayasan Tarakanita Wilayah Bengkulu sekaligus Pimpinan Komunitas Biara CB Bengkulu, memberikan kata sambutan.
Dalam sambutannya, Suster Margriet menyampaikan rasa syukur atas perjalanan panjang yang telah dilalui serta pentingnya mengenang sejarah sebagai bekal untuk melangkah ke masa depan. “Hari ini, kita tidak hanya menapaktilasi jejak sejarah, tetapi juga memperbaharui komitmen kita dalam membawa cinta dan kebaikan kepada sesama,” ujarnya.
Setelah pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan Napak Tilas menuju empat lokasi bersejarah. Setiap kelompok memulai perjalanan dengan penuh antusias, sambil merenungkan makna dari setiap perhentian yang telah dirancang.
Perhentian Pertama: Halaman Gereja St. Yohanes Penginjil Bengkulu. Di perhentian pertama, para peserta mengenang undangan yang diberikan para romo SCJ kepada para Suster CB di Maastricht Nederland untuk mengelola sekolah.
Ini merupakan panggilan awal Suster CB ke Sumatera oleh Imam SCJ. Hal ini menjadi tonggak awal karya pendidikan yang dilakukan para suster di Bengkulu. Dalam suasana khidmat, doa dan refleksi mengingatkan peserta akan semangat pelayanan yang tulus.
Perhentian Kedua: Benteng Marlborough
Perjalanan berlanjut ke Benteng Marlborough, tempat para Suster CB pernah mengalami masa-masa sulit di kamp tahanan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Di sini, peserta diajak untuk merenungkan perjuangan dan pengorbanan para suster yang tetap setia pada panggilan mereka, meski di tengah penderitaan. Kisah-kisah yang disampaikan menambah kedalaman makna dari perhentian ini.
Perhentian Ketiga: Kafe Time to Wo Ho
Lokasi ini dulunya adalah gudang penyimpanan yang menjadi sekolah pertama yang dikelola oleh para Suster CB. Para peserta disuguhkan cerita tentang awal mula karya pendidikan yang dimulai dengan fasilitas sederhana, namun dengan semangat besar untuk mencerdaskan generasi muda. Doa dan refleksi di perhentian ini menekankan pentingnya dedikasi dan komitmen dalam pelayanan.
Perhentian Keempat: Pantai Tapak Paderi (Area Mess Pemda)
Perhentian terakhir berada di Pantai Tapak Paderi, yang menjadi tempat kedatangan empat Suster CB pertama di Bengkulu. Tanggal 19 Desember 1929, kapal yang ditumpangi 4 suster pioneer tiba di pelabuhan Bengkulu.
Mereka adalah Mdr. Hadeline Jagtman, Sr Jacqueline van Nieuwenhoven, Sr Carolus Hazenbosch dan Sr Fabiola Keyzer. Dalam suasana yang menyentuh hati, para peserta diajak untuk merenungkan perjalanan iman dan cinta kasih yang telah dirintis oleh para suster misionaris. Refleksi bersama diiringi doa mengakhiri rangkaian Napak Tilas di lokasi ini.
Setelah menyelesaikan Napak Tilas, seluruh peserta berkumpul di pinggir Pantai Tapak Paderi untuk melakukan pengendapan bersama. Kegiatan ditutup dengan senam bersama yang dipandu oleh instruktur dari panitia. Dengan penuh semangat, peserta mengikuti gerakan senam yang menyegarkan tubuh setelah perjalanan panjang. Setelah itu, seluruh peserta kembali ke SD Sint Carolus untuk mengakhiri kegiatan.
Napak Tilas ini bukan sekadar peringatan sejarah, tetapi juga menjadi momen refleksi dan inspirasi bagi seluruh peserta untuk melanjutkan semangat pelayanan dan cinta kasih yang telah diwariskan oleh para Suster CB.
Dengan tema “Membawa Cinta Mengukir Bestari,” kegiatan ini diharapkan mampu mengukuhkan komitmen bersama dalam melanjutkan kerasulan karya pendidikan dan kesehatan di Bengkulu. Sesuai dengan tema yang diangkat, semoga cinta para suster misionaris semakin mengakar kuat untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik. (Penulis : Petrus Mundana, Humas Tarakanita Bengkulu)
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply