
BANDUNG, KalderaNews.com- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi memberi pernyataan yang melarang orang tua murid untuk mengantarkan anaknya ke sekolah.
Setelah melarang kegiatan study tour, kini Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi kembali membuat kebijakan baru untuk para pelajar.
Baru-baru ini, Dedi Mulyadi mengimbau agar para orang tua murid tidak boleh mengantarkan apalagi menunggu anaknya di sekolah.
ACA JUGA:
- Gubernur Jawa Barat Berencana Terapkan Wajib Militer untuk Siswa SMA, Seperti Apa Skemanya?
- Langgar SE Gubernur Jawa Barat, Kepala SMAN 6 Depok Dicopot
- Gubernur Jawa Barat Resmi Larang Guru Buat Konten Tiktok di Kelas, Ini Alasannya
Pernyataan Gubernur Jabar itu pun kemudian viral di media sosial. Aturan baru itu dibuat agar mengantisipasi wali murid agar tidak menimbulkan tuduhan negatif terhadap sekolah.
“Saya nggak mau ke depan, anak diantar oleh orang tuanya ke sekolah, (lalu) orang tuanya ngumpul di depan kelas,” kata Dedi Mulyadi, dalam akun media sosial Instagram.
Alasan Dedi larang orang tua antar anak dan menunggunya di sekolah
Menurut dia, jika wali murid sudah kumpul, khawatir mereka saling membicarakan hal-hal negatif. Ia menganjurkan orang tua wali murid yang mayoritas ibu-ibu itu sebaiknya tidak berlama-lama jika mengantarkan anaknya ke sekolah.
“Saling ngomongin, nanti bikin klub kelas, mengintervensi gurunya, nanti ngatur, ribut, pinuh, awe-awe areweh gawe sia teh, lain cicing di imah pasakin salaki maneh, malah ngageluk nguruskan budak weh di sekolah,” ucap Dedi.
Dedi menegaskan, jika anak sudah berada di sekolah, maka ia sudah menjadi tanggung jawab guru. Ia menyebut keberadaan orang tua yang terus-menerus berkumpul di sekolah sangat mengganggu pembelajaran.
“Udah di sekolah urusan guru. Nanti sekolahnya pager yang tinggi, kasih gembok, kunci, nggak boleh keluar selama pembelajaran. Kolot na ge teu menang asup, nggak boleh lagi ada tumpukan motor, suruh pulang, kenapa? Mengganggu!,” tegas Dedi.
Lebih lanjut, Dedi yang merupakan mantan Bupati Purwakarta itu tak menginginkan ada hal negatif, jika orang tua murid terus berlama-lama berkumpul di sekolah.
“Unggal poe eweh gawe ti isuk tepi ka sore budak na, nanti bertengkar, pa alus-alus baju, siapa yg korban? Ini penting, ini culture,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply