Apa Perlunya Pelajaran Mengarang?

Sharing for Empowerment

Dengan menonton dan jadi fans sebuah tim olah raga, kita sejenak terlupa dari berbagai ketidaklogisan mau pun kesemrawutan hidup. ā€œSports offers us a momentary escape from the inconclusive struggles of daily life into an ordered world with well defined rules, clear cut winners and losers and certifiable heroes and heroines,ā€ kata Harry H Crosby dan Duncan A Carter dalam buku mereka, The Committed Writes, Mastering Nonfiction Genres.

Karena terobsesi untuk menundukkan ketidakpastian, manusia tak jera-jeranya berikhtiar menemukan resep yang manjur untuk menjelaskan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini. Manusia memang sadar bahwa hidup sudah pasti tidak sesempit pesta olah raga. Namun manusia tiada henti ingin menjaringnya dalam rumus atau dalil. Ironisnya, itu kemudian menenggelamkan manusia dalam proses reduksi yang tiada berkesudahan.

Paling tidak, begitu lah pendapat Milan Kundera. Di zaman permulaan era modern, kata Kundera dalam Art of Novel, dunia dan manusia lambat laun dikerdilkan menjadi objek teknis dan matematis belaka sehingga ilmu pengetahuan mendorong manusia masuk ke terowongan spesialisasi disiplin. Dengan begitu perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan manusia tidak bisa melihat dunia lain secara penuh, termasuk diri mereka sendiri.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*