
SAMARINDA, KalderaNews.com – Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman di Samarinda, Kalimantan Timur, Lukas Daniel Leatemia mengakui kuliah ambil S3 (PhD) di usia 40 tahunan itu tantangannya sangat besar.
“Ambil PhD di usia 40 tahun itu mempunyai tantangan yang besar. Usia 40 tahun ke atas itu dibilang tidak punya motivasi besar. Kalau pun punya motivasi besar, tapi tenaga kurang,” akunya di webinar PhD Preparation Bootcamp: Workshop #1 bertajuk “Introduction and Types of PhD” baru-baru ini.
Penerima beasiswa StuNed S2 di Maastricht University ini pun menambahkan, “Kalau masih ada kesempatan untuk ambil S3 di usia 20 atau 30 tahun, itu sangat bagus.”
BACA JUGA:
- Ambil PhD di Belanda Butuh Kemampuan Bahasa Inggris di Atas Rata-Rata
- Irma Hidayana: Kalau Kuliah S3 Itu Banyak Jenuhnya, Solusinya?
- Kini, Melamar Program PhD Lebih Mudah dengan Academic Transfer
Diketahui, Lukas Daniel Leatemia adalah dosen sekaligus dokter yang kini tengah menempuh pendidikan PhD di School of Health Professions Education, Maastricht University dengan biaya mandiri dengan tetap tinggal di Indonesia dan melakukan penelitian di Indonesia.
Stressful banget itulah yang dirasakan Dokter Lukas, sapaan akrabnya, ketika menjalani pendidikan S3. Di tengah kesibukan menulis proposal dan melakukan penelitian, ia harus memanajemen waktu dengan adil.
“Time management menjadi tantangan tersendiri karena saya juga bekerja. Di rumah dengan 2 anak, tentu diributkan dengan urusan anak dan keluarga.”
Apalagi, sampai saat ini ia juga menjadi Panitia Pusat Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD). Kendati demikian, ia tetap mensyukuri semuanya.
“Satu hal yang saya syukuri, pendampingan supervisor yang maksimal dan saya masih bisa praktik dokter. Selain itu, hal yang menyenangkan yaitu saat berkunjung ke Belanda, saya bisa belajar sambil menikmati situasi yang ada atau travelling,” pungkasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply