Syahdan, Nilai Matematika 36 di Tengah Pembelajaran Jarak Jauh

Sharing for Empowerment

BACA JUGA:

Sudah kuduga kalau yang masuk itu hasil ulangan harian Matematika. Aku bukan seorang yang pandai bermain angka atau hitung-hitungan. Aku hanya seorang anak petani yang berusaha untuk memperhitungkan setiap efek dari keputusan. Kubuka handphone, lalu kulihat nilai ulanganku. Ada yang hadir, namun tidak kuharapkan. Bagaikan menelan pil pahit, aku terpukau melihat nilaiku itu. Hening kembali tercipta. Tentu aku tidak bangga, tetapi tidak juga mengeluh lantaran mendapatkan nilai yang minim. Ada semacam kekuatan di balik angka 3 dan 6 yang tertulis di layar ponselku.

Kekuatan untuk melihat ke dalam, melihat apa yang telah aku lakukan. Merenung dan meresapi setiap rutinitas, yang berjalan seperti, formalitas biasa tanpa diisi dengan kegiatan yang dapat mengasah asa. Aku terlena. Hari-hari kujalani tanpa mengisinya dengan hal yang berguna.

Bisakah aku menjadi yang berguna kelak sementara waktu kulalui begitu saja. Bahkan bunyi jarum jam di kamarku yang terus menjadi saksi bisu dan instrumen merdu tak kuhiraukan. Aku terlalu asik dengan duniaku. Menyesal bukan lah pilihan yang tepat untuk menghadapi realita karena tidak ada penyesalan yang mampu membalikkan jarum jam yang telah berputar. Saatnya aku harus berkomitmen untuk terus tekun dan tentunya konsiten dengan apa yang menjadi komitmen. Waktuku masih banyak, namun tidak untuk ditunda melainkan untuk memulai.




2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*