YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Peran orang tua sangat penting dalam pembelajaran jarak jauh di masa pandemi. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami kepribadian dan gaya belajar anaknya serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di rumah.
Memulai tahun ajaran baru dalam situasi pandemi berarti babak baru belajar dari rumah. Ini bukan sesuatu yang baru. Menjadi guru di rumah dan mendampingi anak-anak kita saat mengikuti kelas online mungkin juga dialami oleh sebagian orang tua. Namun, masih ada beberapa hal yang perlu diketahui dan diurus orang tua sebelum tahun ajaran baru selama masa pembelajaran online ini dimulai, terutama bagi orang tua baru yang baru saja mendaftarkan anaknya ke sekolah.
Berikut ini tips bagi orang tua saat mendampingi anaknya belajar daring.
BACA JUGA:
- Pemda Yogyakarta Akan Menanggung Pendidikan Anak Yatim Piatu Karena Covid-19
- Esterinda Budhis Gayatri Terpilih Jadi Calon Paskibraka Nasional Perwakilan dari Yogyakarta
- UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Akan Memberi Gelar Doktor Honoris Causa Kepada Syekh Ahmed al-Tayeb dan Paus Fransiskus
Pertama, orang tua harus memahami gaya belajar anak-anaknya. Apakah mereka tipe yang duduk dan memperhatikan penjelasan guru di depan layar mereka; atau apakah mereka tipe anak yang duduk tapi terus menggoyangkan kaki, badan, jari, atau tangan dengan mata tertuju pada layar; atau tipe ketiga, mereka yang tidak melihat layar dan menyibukkan diri sambil tetap memperhatikan?
Para orang tua yang terhormat, ketiga hal tersebut di atas disebut gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Pembelajar visual adalah anak yang cenderung memperhatikan dengan seksama. Pelajar auditori, di sisi lain, tampaknya tidak melihat layar tetapi menggunakan indera pendengaran mereka untuk mendengarkan kelas online. Sedangkan pembelajar kinestetik adalah anak-anak dengan tipe gaya belajar yang tidak mau berdiam diri, sangat aktif, dan selalu menggerakkan anggota tubuhnya secara dinamis, namun tetap melihat atau mendengar guru yang sedang menjelaskan presentasi di layar.
Kedua, orang tua harus mengenali kerentanan dan lamanya fokus dan juga ketahanan anak-anak mereka. Anak usia dini, TK, dan SD masih membutuhkan pendampingan untuk membiasakan belajar di depan layar. Awasi fokus mereka pada kelas online yang sedang berlangsung.
Yang juga perlu diperhatikan adalah daya tahan anak terhadap kebosanan ketika sudah lama duduk di depan layar. Ajak anak Anda untuk istirahat dan menjauhi layar kaca saat istirahat. Kita harus tegas dan disiplin karena beberapa anak sering melanjutkan aktivitas onlinenya dengan terus online untuk bersenang-senang, sendiri, atau bersama teman-temannya.
Ketiga, orang tua perlu mengetahui tipe kepribadian anaknya: ekstrovert/introvert, dominan/tidak, memiliki jiwa pemimpin/pengikut, tipe anak yang santai atau yang lainnya? Orang tua dapat melakukan tes sederhana untuk mengetahui tipe kepribadian anak dengan membaca dan menerapkan tips dan cara menilai anak. Amati gaya dan sikap anak-anak kita ketika mereka menghadiri kelas dan berada di antara teman sebayanya.
Keempat, orang tua juga harus tegas dan disiplin. Bersikap tegas dengan membantu anak mengikuti jadwal yang telah diberikan guru dan mendisiplinkan anak saat jam belajar akan dimulai. Peringatan tetap harus diberikan tanpa harus diikuti dengan nada suara yang mengancam atau berteriak, yang justru membuat anak-anak kita kurang menikmati pembelajaran online mereka.
Kelima, orang tua perlu bijak namun tetap toleran saat menemani anak kecil duduk dan belajar di depan layar. Ketika anak lebih besar, orang tua perlu lebih bijaksana karena anak mereka mungkin memiliki berbagai alasan untuk menjauh dari pembelajaran online karena anak-anak di kelas atas memiliki pengalaman lebih lama dalam pembelajaran offline. Mereka akan dapat membandingkan pengalaman belajar di kelas nyata dan belajar dari rumah.
Keenam, orang tua harus menjadi pendengar yang baik dan aktif dari apa yang akan dikatakan anak-anak mereka dan menjadi penanya yang baik ketika mereka melihat mereka mulai menunjukkan keengganan untuk belajar. Tunjukkan empati kita karena belajar online dari rumah bukanlah hal mudah yang bisa dipahami anak dengan cepat.
Ketujuh, jangan ragu untuk menghubungi guru/sekolah dan menanyakan strategi yang dapat diterapkan untuk mendukung pembelajaran anak di rumah. Orang tua bukanlah guru; padahal kita sudah mengenal dan merawat anak kita sejak bayi. Para guru menguasai ilmu mengajar dan pedagogi (mengajar dan belajar) yang diperoleh melalui kemampuan profesional, pengalaman, dan pelatihan yang mereka ikuti. Menjadi guru bukanlah hal yang mudah, tetapi kami percaya bahwa orang tua adalah guru pertama anak-anak kami.
Kedelapan, kenali diri kita dan jadilah teladan bagi anak-anak kita. Kita harus bisa mengontrol suasana belajar di rumah dan menjadi contoh nyata bagi anak-anak. Misalnya, kita harus istirahat dari ponsel kita saat istirahat anak-anak kita sehingga kita bisa menjalin komunikasi antara orang tua dan anak-anak.
Kesembilan, orang tua harus memberikan waktu tertentu agar anak tetap bisa bermain karena dunia anak adalah dunia bermain. Beri anak kita kesempatan untuk beraktivitas, menyalurkan hobinya, bermain sendiri, bermain dengan saudaranya, atau melakukan aktivitas lainnya. Ini tidak hanya memberikan waktu luang dari layar tetapi juga memberikan waktu relaksasi dan memberi anak-anak kita waktu me-time mereka.
Kesepuluh, orang tua dapat menciptakan suasana belajar di rumah menjadi seperti ruang kelas nyata dengan menyediakan ruangan khusus yang terdiri dari meja, kursi, penerangan yang jelas, dan sirkulasi udara yang bebas sehingga anak dapat merasa nyaman saat belajar dari rumah.
Leave a Reply