Intelektual Publik Diperlukan
Saya teringat pada suatu masa di akhir dekade 1980-an hingga dekade 1990-an, ketika ekonomi Indonesia tengah pada puncak kinerjanya. Perekonomian tumbuh tinggi. Banyak praktik bisnis baru seiring dengan masuknya investasi asing. Lembaga-lembaga baru yang menjadi regulator juga diperkenalkan. Institusi lama yang mati suri, juga hidup kembali. Pasar modal bergairah. Perbankan booming.
BACA JUGA:
- Tuhan Menangis Burung Bernyanyi: Antropomorfisme
- Menulis Seperti Memasak
- Mengapa Manusia Menulis?
- Karena Alam Hanya Menjalani Fitrahnya
- Jangan Lupa Menyebut Nama
- Guo Nian
- Catatan Pendidikan Hardiknas 2019: Handayani
- (Mengharapkan) “Midas Touch” dari Seorang “Silver-Spoon Kid”
Semua ini membutuhkan penjelasan. Publik akan gamang di tengah perubahan yang demikian cepat. Siapa yang harus menjelaskan ini semua kepada masyarakat bila para ekonom sibuk dengan dunia mereka? Apakah masyarakat akan cukup percaya bila fenomena ekonomi ini hanya dijelaskan oleh para pelaku-pelaku di lapangan, yang notabene memiliki konflik kepentingan dan belum tentu juga dapat melihatnya dalam kacamata yang komprehensif?
Maka pada waktu itu muncullah sejumlah ekonom yang menulis di media massa. Umumnya mereka berlatar belakang kampus atau lembaga penelitian tertentu. Banyak di antara mereka dapat memenuhi harapan publik. Mereka menjadi idola. Mereka menulis dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dapat menjawab rasa ingin tahu masyarakat. Ekonomi jadi ilmu yang sangat membumi.
Leave a Reply