Riset universitas ini dipimpin oleh Profesor Sarah Gilbert, yang memperoleh bantuan dari pemerintah Inggris sebesar £2.2 juta. Dana itu dipakai antara lain untuk uji praklinis, pembuatan vaksin dan kemudian pengujian klinis pada manusia.
Pengujian pada manusia tahap pertama akan dilakukan pada orang dewasa usia 18-50 tahun, kemudian ke golongan usia di atas 50 tahun dan selanjutnya pada anak-anak usia sekolah.
BACA JUGA:
- Guru dari Semarang Ini Masuk Nominasi Finalis Global Teacher Prize 2020 Berhadiah Rp15 Miliar
- Bangga Jadi Warga Kota Bekasi, Cek Update Pasien Corona Terpusat di Sini
- Atma Jaya Yogyakarta Beri Bantuan Pangan Kepada Mahasiswa
- Tak Perlu Takut, Tok! Dana BOS Resmi Bisa untuk Beli Pulsa Internet
- Mantan Guru Sekolah Pelita Harapan Meninggal karena Covid 19 Diberi Penghormatan oleh Surat Kabar AS
- Stafsus Alumni ITB dan Harvard Ini Bikin Malu, Ini Profil Lengkap Pendidikan Andi Taufan Garuda Putra
Tim lain dari universitas Oxford yang dipimpin Professor Peter Horby, melakukan riset ujicoba atas obat-obat yang sudah ada kepada para pasien yang dirawat di rumah sakit. Ia menerima dana riset £2.1 juta untuk ini.
2. University of Washington, Seattle, AS
Di bawah pimpinan Dr. Deborah Fuller, seorang vaccinologist dan professor mikrobiologi, sebuah tim laboratorium sedang menjajaki vaksin yang dapat diproduksi dan didistribusikan dengan cepat,.
3. Osaka University, Jepang
Osaka University bersama perusahaan biofarmasi Anges Inc pada hari Selasa lalu (13/4) mengatakan telah menyelesaikan pengembangan DNA vaccine yang akan segera diujikan kepada hewan. Kerjasama kedua lembaga ini telah dimulai sejak 5 Maret lalu.
Leave a Reply