Cara Komedian Menyelamatkan Tulisan Tangan dari Kepunahan

Sharing for Empowerment

Berbeda dengan menulis menggunakan tulisan tangan di kertas. Ada rasa intim, perasaan bahwa pena dan kertas yang sedang ada di hadapan sepenuhnya ada dalam kendali. Dan karena itu, menuliskan buah pikiran, pengalaman, curahan hati terasa lebih bebas dan lepas ketika menulis dalam bentuk tulisan tangan. Bila pun nanti pada akhirnya buah pikiran atau curahan hati yang tertuang menjadi tulisan itu terasa konyol, gampang saja untuk melenyapkannya dengan menyobek kertas-kertas tersebut.

Tidak mengherankan bila masih ada penulis yang menulis draft naskahnya dengan tulisan tangan sebelum kemudian diketik ulang dengan memakai komputer. Cukup sering terdengar keluhan bahwa menulis paragraf pertama di komputer demikian sulitnya, bahkan akhirnya naskah tak mengalami kemajuan. Para penulis tipe ini mendapatkan stimulus kreativitas justru tatkala mengukir naskahnya dengan tulisan tangannya sendiri.

Catatan yang dibuat dengan tulisan tangan umumnya juga lebih menempel dalam benak si pembuatnya daripada catatan yang ditulis dengan mesin ketik maupun komputer. Ini bukan hanya pengalaman beberapa orang, tetapi sejumlah penelitian mengkonfirmasi hal ini. Profesor Gregory Manikow dari Harvard University menganjurkan mahasiswanya bukan menstabilo bagian-bagian penting dari buku teks yang ditulisnya sebagai cara memahaminya, melainkan dengan membuat catatan langsung dengan tulisan tangan di bagian-bagian yang kosong dalam buku teks. Cara seperti ini menurut dia lebih membuat mahasiswa menguasai buku teks tersebut.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*