7 Alasan Mengapa Cerita Kriminal Paling Banyak Dibaca di Masa Pandemi Covid-19

Sharing for Empowerment

Mengapa orang ingin tenggelam dalam bacaan di masa sulit ini? Apakah mereka ingin melarikan diri dari kecemasan di dunia nyata? Bisa jadi, meskipun itu tidak dominan. Dalam survei itu hanya 35 persen yang berkata membaca buku merupakan ‘pelarian’ dari krisis. Sedangkan 35 persen mengatakan membaca buku di masa pandemi karena ingin terhibur. Yang paling dominan, 51 persen, mengatakan membaca buku karena memiliki banyak waktu luang.

Ini membawa kita pada pembahasan yang sudah sangat klasik di kalangan penulis –tetapi tidak pernah membosankan – tentang apa alasan orang membaca buku genre tertentu, termasuk cerita kriminal. Dalam studi literatur, hal ini banyak sekali dibahas. Bila dirunutkan alasan orang membaca cerita kriminal bisa mencapai puluhan, tetapi kali ini saya akan memilih tujuh alasan saja, yang mungkin paling relevan dengan alasan membaca cerita kriminal di masa krisis.

Pertama, fiksi kriminal selalu jelas endingnya. Serumit apa pun plot sebuah fiksi kriminal, pembaca selalu punya ekspektasi untuk dapat menjawab akhir kisah. Dan umumnya fiksi kriminal memiliki ending yang sama – tentu ada pengecualian. Pelaku kejahatan akhirnya tertangkap. Kejahatan terungkap.
Fiksi kriminal selalu dipandang sebagai ‘dongeng’ paling asli dan murni. Hubungan sebab dan akibat selalu menyertai setiap cerita kriminal. Dan ini melegakan pembaca. Pembaca menuntut kelogisan hubungan sebab akibat tersebut. Fiksi kriminal yang tidak memenuhi unsur itu akan cenderung mengecewakan pembaca. Sebaliknya, hubungan sebab akibat yang terungkap –meskipun kerap melalui lika-liku cerita – sangat membuat pembaca senang.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*